Fahd Djibrna's Journal

Namamu

print this page
send email

Namamu
Untuk Rizqa


telah kusebut namamu, dalam
doa selepas sembahyang
malam, kau tak perlu tahu
apa yang kuucapkan
semuanya sudah kulupakan
sebab yang kita ingat-ingat
akan kita harap-harapkan
sementara aku tak ingin
doaku cuma jadi harapan—

ia harus ikut bangun pagi
saat aku bangun pagi
ia harus berkeringat
saat aku bekerja
hingga menetes
menjadi sujud yang lain
membangunkan bumi yang tua dan penidur
untuk menumbuhkan
pohon-pohon mengingat namamu
meneduhkan terikmu
melindungi malammu

tak jauh dari sana
akan kubangun sebuah rumah
dengan tanganku sendiri
dan kau boleh memilih warnanya
apapun yang membahagiakanmu
sementara aku mulai mencicil
lemari, TV, kulkas, mesin jahit,
halaman belakang tempat anak-anak kita
bermain atau berlarian sambil tertawa,
juga sebuah sofa, tampat kita
duduk berdua menyaksikan semuanya
menjelma cerita indah yang akan kita rekam, dalam
foto-foto yang akan kita abadikan di album
kenangan yang tak akan terlupakan

dan apabila aku terlalu tua
untuk tetap bersamamu
juga anak-anak kita,
doaku tak akan pernah menjadi tua
sebab ia tak pernah kuingat
untuk tak membuatnya
terperangkap dalam waktu
seperti aku
: kapanpun akan bersamamu

barangkali memang hanya namamu
hanya namamu,
yang kusebut, dalam
doaku yang sederhana
sangat sederhana


Denpasar, Oktober 2011

*Ilustrasi foto oleh Futih Aljihadi.

0 comments:

Post a Comment