Fahd Djibrna's Journal

[Revolvere Project] APRIL

print this page
send email

April, tak ada manusia yang benar-benar sanggup menghapus ingatan tentang cinta pertamanya. Sekuat apapun mereka berusaha melupakannya, ia akan selalu ada—bersemayam di taman bunga kenangan.

April,
cinta pertamaku,
menggasing di lesung pipitmu
sepasang remaja berkejaran
di taman bunga kenangan
lihat!” telunjukku menunjuk ke kejauhan
kupu-kupu bersayap biru
terbang rendah di bibir cahaya

aku akan mengejarnya,” katamu
punggungmu yang berguncang
meninggalkan dadaku yang mendadak rindu
kemudian di mataku segala tentangmu
perlahan menjadi bait-bait puisi:
rambutmu jadi keemasan
disaput cahaya pagi pukul sembilan
langkah-langkah kecilmu yang cepat
mendesir gamang di jalan-jalan darahku yang melambat

aku akan mengejarmu, kataku dalam hati, aku akan mengejarmu
lalu kau menolehkan wajahmu ke arahku, tertawa tanpa suara
ayo!” katamu, sambil kau terus mengejar kupu-kupu
dan aku terus mengejar punggungmu
sepasang remaja, berlarian di bibir cahaya

April,
cinta pertamaku,
tersesat di lugu matamu
di mana kupu-kupu itu?” katamu
kemudian aku jadi ragu,
benarkah aku pernah melihat kupu-kupu itu?

seberapa jauh kita berlari?” tanyamu
ah, aku tak bisa menjawab pertanyaanmu,
entahlah, April, jawabku dalam hati,
tetapi sejauh apapun kau ingin berlari
aku akan selalu mengejar punggungmu dengan rindu

kamu tersenyum, aku tersenyum
sepasang remaja, menghela napas di bibir cahaya

April, dari manakah sesungguhnya
manusia belajar jatuh cinta?
semuanya masih rahasia
seperti sejarah manusia, seperti masa depan kita
tapi, April, aku tak ingin mencintaimu dengan alasan yang rumit
biarlah ia sederhana dan apa adanya
seperti sepasang remaja yang mengejar kupu-kupu bersayap biru
di taman bunga kenangan

ayo kita pulang!” katamu
aku masih ingin bermain,” kataku

April, kepadamu, sesederhana itulah
aku jatuh cinta
dan terus jatuh cinta

Kini, April, bertahun-tahun kemudian, kita telah tumbuh menjadi dua orang dewasa yang berusaha mencintai kehidupannya sendiri-sendiri. Dan ternyata, tak ada kisah cinta kita di bibir cahaya—



coba tanya hatimu sekali lagi
sebelum engkau benar-benar pergi
masihkah ada aku di dalamnya
karena hatiku masih menyimpanmu

kisah kita memang baru sebentar
namun kesan terukir sangat indah
ku memang bukan manusia sempurna
tapi tak pernah berhenti mencoba

membuatmu tersenyum
walau tak pernah berbalas
bahagiamu, juga bahagiaku

saat kau terlalu rapuh
pundak siapa yang tersandar
tangan siapa yang tak melepas
kuyakin aku...

bahkan saat kau memilih
untuk meninggalkan aku
tak pernah lelah menanti
karena ku yakin kau akan kembali

ada engkau dalam setiap doaku
sungguh aku rindu berbagi tawa
kini kita tidak lagi menyapa
biarlah hanya dari kejauhan

melihatmu tersenyum
walau tak pernah berbalas
bahagiamu, juga bahagiaku

April, barangkali kita memang tak ditakdirkan menjadi sepasang kekasih, barangkali kita memang tak berjodoh... tetapi melihatmu menjadi kekasih orang lain, telah membunuh kupu-kupu bersayap biruku. Meski aku bahagia melihatmu bahagia, April, tak ada manusia yang sanggup menghapus ingatan tentang cinta pertamanya. Dan sekuat apapun aku berusaha melupakanmu, sepasang remaja selalu berkejaran di bibir cahaya—di taman bunga kenangan.

April, jika segala tentangmu memang harus dilupakan, aku ingin melakukannya pelan-pelan. Seperti seorang lelaki yang melepas prempuan yang dicintainya di stasiun kereta, dengan lambaian dan deru lokomotif yang berjalan perlahan. Maka jika mataku menjadi berkaca-kaca memandang rambutmu yang murung, hingga mengaburkan cara pandangku tentang kenyataan, aku bersedia memejamkannya: Untuk kubasuh pipiku seperti puisi-hujan membasahi tanah-pagi.

Demikianlah aku selalu mencintaimu, April... Jauh, sejauh kepergianmu. Bagai doa yang kupanjatkan setiap hari agar takdir menghancurkan lantai waktu dan Tuhan tak memberiku kesempatan untuk pernah mencintaimu.

saat kau terlalu rapuh
pundak siapa yang tersandar
tangan siapa yang tak melepas
kuyakin aku...

bahkan saat kau memilih
untuk meninggalkan aku
tak pernah lelah menanti
meskipun engkau tak akan kembali


REVOLVERE PROJECT |  @fahdisme @fiersa @futihfatih

*Tulisan, lagu, dan foto ini adalah hasil latihan bersama sebelum launching Revolvere Project keempat.   


Kredit
Fiksi: Fahd Djibran - Memoritmo [2013], Untitled [2012]
Musik: Fiersa Besari – April [2013]
Foto: Futih Aljihadi – Solitude [2012]



Revolvere Project merupakan sebuah project hibrida fiksi-musik-visual menjadi sebuah bentuk kreatif yang baru. Project ini mengajak pembacanya berinteraksi dan menikmati sebuah karya melalui rasa, mata, dan telinga sekaligus. Dibentuk pada pertengahan bulan Agustus 2011 di sebuah café di Bandung, project ini digawangi tiga kreator lintas-bidang: Fahd Djibran (penulis), Fiersa Besari (musisi), dan Futih Aljihadi (videografer). Untuk berinteraksi, silakan kunjungi page Facebook kami atau kirim e-mail ke revolvereproject@yahoo.co.id

12 comments:

  1. So deeply, so touching!

    Damn i like!

    ReplyDelete
  2. Sekuat apapun mereka melupakannya, ia akan selalu ada—bersemayam di taman bunga kenangan.

    Hallo april penuh harapan :')

    ReplyDelete
  3. di tunggu revolvere project keempatnya, baru latihan aja sudah sebagus ini :-)

    ReplyDelete
  4. penasaran nunggu revolvere project ke 4, kak. hehe :D semoga selalu keren dan menginspirasi :D

    ReplyDelete
  5. Ah, karya ini membuatku berziarah kembali ke kenangan indah cinta pertamaku. Cinta pertama yang belum sempat kuungkap. Cinta pertama yang masih misteri sampai sekarang. Karya ini membuatku membongkar kembali kuburan kenanganku, cinta pertama yang pupus sebelum berkembang. T_T Karya yang luar biasa akang-akang.. :)

    ReplyDelete
  6. Jadi teringat. Cinta pertama yang sudah lekang oleh waktu :')

    ReplyDelete
  7. selalu menyentuh...
    g sabar nungguinnya...

    ReplyDelete
  8. gk mampu berkata, terlalu mendalam isinya :')

    ReplyDelete