...Belakangan ini, ada sesuatu yang membuatku begitu resah. Entah mengapa belakangan ini bermunculan banyak sekali orang-orang yang dengan mudah mengatakan ‘dosa’, ‘neraka’, ‘kafir’, ‘sesat’; sambil menunjuk hidung kita yang seolah-olah manusia paling bangsat di dunia. Benarkah mereka manusia paling suci dan kitalah yang paling berdosa? Benarkah mereka pembela agama dan wakil Tuhan di dunia? Aku tak bisa menjaminnya... Tetapi entah mengapa nuraniku mengatakan tidak. Melihat mereka: ada sesuatu yang terusik dalam diriku—
...Ini tentang mengatakan pada mereka yang berkedok pembela agama, ulama, ustadz atau kyai bahwa agama bukanlah khotbah-khotbah panjang yang bikin ngantuk—bukan pula upaya-upaya picik melemahkan orang lain, mengafirkan orang lain, menyesatkan orang lain, menyalahkan orang lain, dengan serangkaian tindakan yang penuh arogansi dan kebencian.
Aku tak terlalu mengerti soal agama, tetapi bukankah agama adalah soal membangunkan kemanusiaan yang tertidur dan membebaskannya menjadi tindakan yang menghidupkan? Bukankah agama adalah soal memberi kemaslahatan bagi semua, menjadi rahmat dan penyebar kasih bagi seluruh semesta?
Aku tak terlalu mengerti... Tapi, barangkali, kita bisa memulai semuanya dari diri kita masing-masing...
—Save Our Soul, Hidup Berawal Dari Mimpi, hal. 161.
Pada akhirnya akan tampak, agama tidak terletak pada pakaian dan ucapan. Tetapi hati dan budi pekerti.
— Fahd Djibran (@fahdisme) February 16, 2012
Pd akhirnya akan jelas, seorang faqih (orang yg paham agama) bukanlah dia yang terlihat dan terdengar melalui pakaian dan ucapan, tp akhlak.
— Fahd Djibran (@fahdisme) February 16, 2012
Pada akhirnya kita akan tahu, kemunafikan bagai bangkai yang serapat apapun ditutupi kelak akan tercium juga busuknya.
— Fahd Djibran (@fahdisme) February 16, 2012
Pada akhirnya bukan tentang siapa yg berada paling depan membicarakan agama, tp siapa yg paling sungguh2 menghayati dan mengamalkannya.
— Fahd Djibran (@fahdisme) February 16, 2012
Pada akhirnya akan nyata, agama bukan tentang siapa yg paling keras meneriakkan nama tuhan, tp siapa yg paling sunyi hatinya dari kebusukan.
— Fahd Djibran (@fahdisme) February 16, 2012
Pada akhirnya agama bukan tentang bagaimana menyelamatkan aku, kau, dia, mereka. Tetapi bagaimana menyelamatkan 'kita'.
— Fahd Djibran (@fahdisme) February 16, 2012
Pada akhirnya mereka yang paling sombong mengaku paling dekat dengan Tuhan akan terpental paling jauh dari singgasana Tuhan.
— Fahd Djibran (@fahdisme) February 16, 2012
Pada akhirnya, berhentilah bicara agama, lakukan!
— Fahd Djibran (@fahdisme) February 16, 2012
0 comments:
Post a Comment