Fahd Djibrna's Journal

Inilah 6 Alasan Pemenang Novel #SMUM

print this page
send email

Inilah keenam ‘alasan’ yang mendapatkan gratis novel Seribu Malam Untuk Muhamad. Saya memilih 'alasan-alasan' berikut ini karena kejujuran dan keberbedaannya dengan alasan-alasan lain yang masuk. Menurut saya, alasan-alasan lain yang masuk hanya menyatakan hal-hal yang umum dan klise misalnya ‘karena Muhammad adalah idola saya’ atau 'karena saya ingin mengenal lebih jauh sosok Muhammad' atau ‘karena saya ingin tahu dan penasaran’ atau ‘karena saya suka membaca’. Maka, tentu saja saya mencari alasan lain yang berbeda.

Dalam alasan-alasan yang akan kalian baca ini, menurut saya, terdapat kejujuran dan kesungguhan. Itulah sebabnya saya memilih mereka.

Kepada para pemenang, saya ucapkan selamat. Bagi yang belum beruntung, jangan khawatir. Kalian tetap bisa memiliki dan membaca buku itu, tentu saja dengan membelinya. :)

Saya sudah bicara ke Kurniaesa Publishing, kalau kalian mau melakukan pembelian online dalam bulan ini, ada hadiah CD gratis dari Lovarian senilai 60.000 (caranya: beri keterangan kalian peserta kuis ini dan kirimkan juga alasan yang kalian kirim ke saya, e-mail pesanan diberi judul: SMUM via Blog Fahdisme). Kalian hanya perlu membayar harga bukunya Rp. 35.000,- ditambah ongkos kirim. Pemesanan dilakukan hanya di sini.

Inilah keenam ‘alasan’ tersebut.


Nur Baidha – Sumbawa Barat
Untuk alasan tertentu, saya tidak menampilkan ‘alasan’ milik Mbak Nur Baidha ini. Tetapi, bagi saya, alasan beliaulah yang paling jujur dan menggerakkan saya untuk segera mengirimkan novel SMUM kepadanya.


Rashid Satari – Bandung
Jika teori "kebetulan" itu memang ada, maka dilahirkannya aku sebagai muslim, dari ayah ibu yang juga muslim, adalah hadiah istimewa. Maka, shalat pertamaku adalah hadiah. Maka, shalawat pertamaku pun hadiah.

Namun, aku percaya bahwa teori "kebetulan" itu tidak ada. Bukan kebetulan aku tak bertemu dengan engkau wahai manusia mulia, Muhammad. Jarak dan waktu pun bukan kebetulan, apalagi jadi alasan untuk tak lebih mencintaimu dibanding sahabat-sahabatmu, wahai Muhammad.

Telah engkau sebutkan, bahwa mereka adalah sahabatmu, bukan saudaramu. Telah engkau sebutkan bahwa saudaramu adalah mereka yang berjarak sedemikian jauh denganmu. Mungkin mereka adalah kami, dan mungkin aku adalah salah satunya.

Tapi, aku tak mau menjadi ‘mungkin’. Duhai kekasih Allah, aku ingin sungguh menjadi saudaramu. Ingin kususuri jejakmu. Ingin kutiru perangaimu. Kueja nasehat-nasehatmu. Hingga aku benar-benar pantas menjadi saudaramu. Aku tak mau jadi mungkin. Aku ingin sungguh!


Uzli Min – Sumedang
Sekarang saya sedang membaca sebuah novel biografi berjudul 'Muhammad: Lelaki Penggenggam Hujan' karya Tasaro GK. Saat membuka bagian belakang buku tersebut untuk melihat catatan arti kata, tanpa sengaja saya membuka halaman terakhir bagian catatan penulis (Jejaring Muhammad) dan membaca kalimat akhir halaman itu: “Ya, Rasul… lumpuh aku karena rindu…” Kalimat yang membuat saya iri.

Penasaran membuat saya melupakan kata yang sedang saya cari artinya dan segera membaca bagian ini. Di awal bagian ini, penulis menyebut-nyebut tentang seorang pemuda fantastik yang menjadi editornya. Penasaran lagi, tanpa menyelesaikan terlebih dahulu catatan penulis, saya langsung membuka dua lembar di awal buku untuk mencari tahu siapa sang editor yang dipuji-puji ini. Nama Fahd Djibran tercantum di sana dan saya ber-“owh” dalam hati. Lagi-lagi nama ini muncul dua bulan terakhir dalam buku yang saya baca.

Tidak terlalu kaget saya mendapati nama ini tercatum di sana dengan pujian dari penulis buku ini. Sebelumnya, ketika membaca profil pemuda ini di wikipedia, saya juga melihat rentetan prestasi miliknya. Nama Fahd Djibran ada di daftar calon penulis favorit saya selanjutnya. Saya akan memutuskan hal ini setelah setidaknya saya membaca satu lagi bukunya. 'Hidup Berawal dari Mimpi' membuat saya terkesan dengan pemikiran dan cara penulisannya. 'Rahim' pun menjadi calon buku selanjutnya.

Namun, ketika nama ini juga ikut berkontribusi dalam 'Muhammad, Lelaki Penggenggam Hujan' dan ternyata Fahd Djibran juga menulis tentang Manusia Terpuji yang mengagumkan ini, saya jadi lebih tertarik dengan 'Seribu Malam untuk Muhammad'. Buku yang disuntingnya saja sudah membuat saya kehilangan kata-kata akan keistimewaan Muhammad SAW, apa jadinya dengan buku yang ia tulis sendiri tentang Manusia Penyebab Rindu itu?

Lalu, apa yang sebenarnya ada pada diri Muhammad SAW, bahkan seorang non-muslim pun telah mampu mencintainya, sementara saya masih mencari tentangnya?


Amalia Nurul – Yogyakarta
Beri saya alasan mengapa saya harus memberikan buku tersebut buat kalian! :-)

Ini seperti ‘panggilan’ untuk memiliki buku itu. Awalnya hanya membuka blog milik saya, kemudian melihat link ke blognya Kak Fahd yang saya pasang. Ada posting baru rupanya: Mau Novel ‘Seribu Malam Untuk Muhammad’ Gratis? –8 jam yang lalu. Mau! Klik! Saya baca detailnya. Tanpa banyak pikir, langsung saya klik taskbar MS.Word. Jadilah saya menulis ini dengan penuh semangat.

Saya yakin ini ‘panggilan’. Tuhan merencanakan ini terjadi. Ya terjadilah! Selain karena panggilan, saya suka sesuatu yang gratis dan cuma-cuma. Hahaha. Saya juga yakin semua juga suka segala yang gratis. Jarang sekali saya mendapat sesuatu yang gratis sekaligus bermanfaat. Maklum, keberuntungan masih segan menjadi teman saya. Adakah alasan lain? Sepertinya tidak. Saya hanya ingin menjadi orang beruntung seperti halnya tokoh dalam SMUM yang dalam bunga tidurnya bertemu sang kekasih Tuhan, Muhammad. Dan sekali lagi ini ‘panggilan’ dari Tuhan untuk lebih mengenal dan mencintai kekasih-Nya. Bisa juga sekaligus obat agar saya merasa sedikit beruntung jika nantinya mendapat novel gratis ini. Semoga...ya semoga sajalah. Saya mendapat ‘panggilan’ dan saya ingin sedikit beruntung. Saya mendapat ‘panggilan’ dan saya ingin sedikit beruntung. Sudah 200 kata? Ah, kurang sembilan kata... ah, lima, empat, tiga, dua, satu!


Adi Gunawan – Semarang
Kepada Mas Fahd,

Saya salah satu dari sekian banyak penggemar karya-karya Anda. Namun saya tidaklah selalu mampu untuk mengikuti perkembangan dari karya-karya Mas Fahd. Buku pertama karya Mas Fahd yang saya baca adalah ‘Curhat Setan’, di mana saya seperti menemukan pencerahan untuk sesuatu yang selalu saya ragukan. Lalu yang kedua adalah ‘Rahim’, dan di situlah saya seperti tersentuh untuk ingin menjadi orang baik mengingat perjuangan kedua orang tua saya bukanlah hal mudah dan banyak pengorbanan. Selanjutnya adalah HBDM ketika kedua idola saya berkolaborasi menjadikan satu karya yang super akan makna, ya betapa bangganya saya bisa membaca buku-buku karya Anda.

Namun satu hal adalah ketika penasaran saya semakin tinggi untuk membaca buku ‘Menatap Punggung Muhammad’, tak pernah sekalipun saya bisa mendapatkanya, begitu pula teman saya yang sama-sama mengidolakan Anda dengan karya-karya Anda. Pertama ketika saya membaca notes di Facebook Mas Fahd tentang ‘Menatap Punggung Muhammad’ segera waktu itu juga saya memberi tau teman saya dan kami berdua segera mencari ke Gramedia dan ke toko-toko buku lainnya. Tapi hasilnya nihil.

Lalu begitu membaca notes tentang ‘Seribu Malam untuk Muhammad’, segera saya mengikuti kuis ini. Harapan saya untuk mengobati penasaran saya tentang buku Mas yang berjudul ‘Menatap Punggung Muhammad’ yang sangat sulit untuk dicari. Mudah-mudahan dengan membaca buku tersebut dapat meningkatkan kecintaan saya kepada Rasul dan Islam. Amiin.


Wednes Aria Yuda
Jika pertanyaannya mengapa Mas Fahd harus memberikan buku ‘Seribu Malam Untuk Muhammad’, maka akan saya jawab: Tidak ada alasannya, Mas. Sama sekali tidak.

Saya sudah membaca ‘Menatap Punggung Muhammad’ berulang kali. Buku yang menampar kecintaan saya terhadap Muhammad. Seorang Nabi yang saya persaksikan bahwa beliau adalah Hamba Allah yang pemimpinku kelak di Padang Mahsyar. Hamba Allah yang kecintaannya terhadap umatnya melampaui zaman kehidupan beliau. Hamba Allah yang kecintaannya terhadap umatnya melampaui sakitnya sakaratul maut. Seorang Hamba Allah yang kelak di padang Mahsyar saya dambakan kesaksiannya bahwa aku adalah umatnya. Tidak lain.

Beliau bersabda, bahwa kelak di akhir jaman, umatnya akan terpecah belah menjadi 73 golongan dan hanya satu saja yang masuk surga, maka saya benar-benar takut jika kelak Beliau menggeleng dan berkata : “Engkau bukan umatku”. Sungguh, jika sekarang banyak golongan yang mengaku-ngaku Islam, dan menyalahkan golongan yang lain, tidakkah mereka sadar bahwa Syafaat Nabiyullah ini akan jauh melampaui perbedaan kalian? Tidakkah kalian lebih baik bersibuk diri meniru sunnah dan keindahan akhlaknya sehingga kelak Beliau dengan bangga melihat kalian sebagai umatnya?

Buku Menatap Punggung Muhammad adalah sebuah buku yang menghujam kecintaan terhadap Nabiyullah. Mengoyak kesadaran bahwa Muhammad sungguh-sungguh sehalus itu akhlaknya. Dan Beliaulah yang menyadarkan, bahwa di atas segalanya, akhlak yang baik dan kebenaran adalah iman yang sebaik-baiknya iman.

Dia adalah hamba yang Ummi, tapi dari Beliaulah kita belajar tentang kecintaan terhadap sesama. Jauh melampaui adat istiadat bangsa Arab. Jauh melampaui zamannya. Jauh melampaui kecintaan seorang kekasih yang sedang jatuh cinta.

Jika ada buku yang ingin saya miliki lagi, hanyalah buku yang makin menunjukkan jalan menuju cinta Nabiyullah ini, semata-mata karena mesin waktu adalah hal yang mustahil ditemukan. Karena jika benar adanya, maka orang pertama yang ingin saya temui di dunia adalah Beliau.

Ah... sungguh tidak sabar menantikan perjumpaan dengan beliau di Padang Mahsyar. Karena bertemu beliau dalam mimpi sepertinya masih jauh dari genggaman. Kecintaan yang terbatas pada kemampuan dan kesadaran diri. Semoga kelak kita bertemu dalam majelisnya ya Mas Fahd. Dan berjalan beriringan dengan Beliau sebagai pemimpin kita. Aammiinn


Sekali lagi, selamat untuk para pemenang. Bukunya sudah saya kirimkan hari ini via JNE. Semoga segera sampai. Terima kasih telah menjadi bagian dari Seribu Malam Untuk Muhammad.

Salam,
Fahd Djibran

4 comments:

  1. Alhamdulillah bukunya udah saya terima hari ini. Terima kasih banyak buat Fahd Djibran, moga sukses untuk karya-karya selanjutnya. :)
    Yah, semoga kitalah "saudara" yang sejak lama dipanggil dan dirindukan Maulana...
    sekali lagi terima kasih banyak untuk buku yang menggugah ini..

    ReplyDelete
  2. semua alasan yang tercantum diatas banyak memberikan saya pelajaran.
    sesal tak dapat ditolak, saya menyesal tidak ikut andil dalam beralasan untuk mendapat kesempatan menggenggam sebuah karya yang sangatlah membuat penasaran.

    ReplyDelete