Assalamualaikum.
Bang. Saya muslim.
Saya tidak mengenal dan membaca tulisan Anda sebelum Kang Fiersa yang memulainya. Beliau banyak berbicara tentang Anda dan saya akhirnya memutuskan untuk membaca tulisan-tulisan Anda. Magis. Begitu mengesankan dan membakar semua pesan yang anda tulis, sangat bertujuan dan bergaris bawah atas ilmu, pengetahuan, dan pengalaman Anda. Klasik.
Langsung saja, Bang.
Hal ini belum pernah saya ceritakan ke orang lain, bahkan ibu saya sendiri. Sangat aneh, saya terus bermimpi, berpikiran, berangan, dan mengimajinasikan kematian saya sendiri. Saya merasa kematian sangat dekat tapi saya belum melakukan apa-apa. Mati.
Saya masih kosong, tak berisi, berdosa, malas, bahkan tak mau tahu dengan isi pikiran saya sendiri. Apakah benar seperti apa yang ada dalam Al-Quran bahwa Allah telah membutakan mata, menutup telinga, bahkan membekukan hati saya?
Saya sangat fobia naik pesawat.
Assalamulaikum.
Ucok
:::::::::::::::::::::
Waalaikumsalam…
Ucok,
Salam kenal sebelumnya. Jika mimpi dan pikiran itu selalu datang, ada dua kemungkinan. Pertama, ia memang benar-benar kamu takutkan sehingga terus mengendap menjadi memori bawah sadarmu. Mungkin kamu punya trauma tersendiri yang aku nggak tahu, tetapi kamu harus berusaha menyembuhkannya. Kedua, jika elmaut terus datang di mimpimu, itu merupakan pesan yang jelas agar kamu ‘memulai hidup yang lebih hidup’. Artinya hidup yang nggak sekadar rutinitas, tetapi hidup yang penuh gairah—hidup yang menghidupkan.
Mors janua vitae, begitu kata pepatah Yunani. Kematian adalah pintu gerbang bagi kehidupan. Bagiku, mimpimu mungkin mengingatkanmu untuk memulai sebuah hidup baru dan menghentikan cara hidupmu yang mungkin selama ini, diam-diam namun pasti, membuatmu malah “mati”.
Soal apa yang dikatakan Tuhan dalam Al-Quran, tentang mereka yang (di)buta(kan)-(di)tuli(kan)-(di)beku(kan)-hatinya, aku yakin kamu tidak termasuk kelompok itu. Buktinya kamu masih mempertanyakan apakah kamu termasuk di dalamnya atau tidak, kan? Artinya ada liang jernih dalam dirimu yang menggeliat-geliat mencari cahaya. Bersyukurlah sebab artinya matamu, telingamu, hatimu masih merindukan keba(j)ikan dan terus menyalakan radar kegelisahan bahwa kamu tak ingin jadi buta, tuli, dan beku hatinya.
Ucok yang baik, tak perlu pesimis dengan judge yang (mungkin) diberikan orang-orang atau dirimu sendiri atas segala hal buruk dalam hidupmu yang selama ini terlanjur terjadi. Percayalah bahwa hidup nggak melulu ditegakkan dengan kebaikan, tetapi juga dari najis dan dosa. Tak ada satu pun manusia di atas dunia yang tak pernah bersalah pada masa lalunya. Maka teruslah berjalan untuk meninggalkan ‘yang gelap di belakang’. Katakan pada diri sendiri bahwa, dalam gelap kau tak pernah punya nama. Dan hanya dengan terus berjalan, hanya dengan terus berjalan... kau akan terus belajar untuk menemukan “namamu yang sesungguhnya”.
Dan, akhirnya, Ucok: BUNUHLAH KEMATIANMU!
Salam,
Fahd Djibran
PS. Aku mengajakmu mendengarkan lagu ini:
How fickle my heart and how woozy my eyes
I struggle to find any truth in your lies
And now my heart stumbles on things I don't know
My weakness I feel I must finally show
Lend me your hand and we'll conquer them all
But lend me your heart and I'll just let you fall
Lend me your eyes I can change what you see
But your soul you must keep, totally free
Ha ha, ha ha
ha ha, ha ha
awake my soul...
awake my soul...
How fickle my heart and how woozy my eyes
I struggle to find any truth in your lies
And now my heart stumbles on things I don't know
My weakness I feel I must finally show
Ha ha, ha ha
ha ha, ha ha
In these bodies we will live,
in these bodies we will die
Where you invest your love,
you invest your life
In these bodies we will live,
in these bodies we will die
Where you invest your love,
you invest your life
awake my soul...
awake my soul...
awake my soul...
For you were made to meet your maker
awake my soul...
awake my soul...
awake my soul...
For you were made to meet your maker
You were made to meet your maker
*Lagu: Awake My Soul - Mumford & Sons
**Gambar diambil dari sini.
0 comments:
Post a Comment