Siang ini saya mendapatkan e-mail yang 'sama' lagi. Kasus-kasus seperti yang akan kalian baca di bawah ini tentu banyak. Dari banyak orang yang mengirimi saya e-mail dan menceritakan hal yang kurang lebih sama, saya yakin lebih banyak lagi di luar sana. Mereka mungkin tidak menceritakannya, tetapi saya yakin ketakutan dan kegelisahan yang sama sedang menghantui mereka. Saya tidak memandang rendah apalagi membenci mereka. Sungguh. Tetapi kisah-kisah mereka harus kita jadikan pelajaran: Agar kita tak melakukan kesalahan yang sama yang ribuan kali telah membuat orang-orang di sekeliling kita gelisah, ketakutan, bahkan putus asa. Untuk semua itu: Saya akan terus menuliskan tema-tema yang selama ini saya tuliskan, ternyata memang banyak orang yang membutuhkannya. Saya bersyukur jika blog ini membantu orang-orang untuk membebaskan perasaannya. Dan saya akan terus berusaha mengajak para pencinta untuk berani menikah di usia muda—jika memang sudah waktunya.
Salam.
Saya mempunyai persoalan yang pelik dengan pasangan saya yang sekarang.
Ini soal kesulitannya menerima diri saya utuh tersebab masa lalu saya. Saya pernah melakukan hubungan badan dengan pasangan saya yang sebelumnya. Masa di mana saya menjalani hubungan yang pernuh dengan tekanan dan beban. Ditambah lagi pasangan saya tersebut tidak punya itikad baik untuk bertanggungjawab. Mengetahui bahwa kondisi saya sudah tidak perawan, dia sering mempertanyakan dan mengungkit masa lalu tersebut. Saya sudah berkali-kali menjelaskan sejelas mungkin yang sebenar-benarnya. Saya berusaha tenang meski saya harus mengingat kembali kejadian dan masa-masa kelam yang tidak ingin saya ingat lagi. Saya hanya ingin membuatnya mengerti dan berusaha memberikan yang terbaik demi membahagiakannya.
Dia seringkali tersiksa dan mengalami perang batin. Di satu sisi ia begitu marah dan menyesali dengan apa yang sudah menimpa saya. Namun disisi yang lain, dia sangat menyayangi saya dan tidak ingin meninggalkan saya. Dia bahkan seperti mulai menuntut saya untuk mendapat ‘hal yang sama’ seperti yang pernah terjadi antara saya dengan pasangan saya yang sebelumnya.
Saya didera kesedihan yang berlarut. Andai ia yang kutemui lebih dulu, andai ia menjadi yang pertama. Kenapa Tuhan baru mempertemukan saya dan laki-laki yang begitu tulus mencintai saya sekarang? Baginya, keperawanan adalah harga diri seorang perempuan. Dan itu yang ia pegang sampai sekarang.
Saya sangat bingung dan tidak bisa tenang berpikir. Saya mohon saran dan solusinya. Saya cemas dalam kebuntuan ini, saya kembali berada seperti di masa kelam saya dahulu, terjerumus dalam dosa dan kebodohan yang sama atau bahkan jauh lebih berat, dan sekali lagi berniat untuk mati.
Terimakasih, Fahd, untuk saran dan segenap waktumu untuk memikirkan dan menjawab pertanyaan saya.
Salam,
Dyandra
:::::::::::::::::::::::
Dear Dyandra,
Saya bisa membayangkan bagaimana perasaanmu saat ini, meskipun sejujurnya saya tidak bisa mengerti sepenuhnya sebab saya tidak pernah berada dalam situasi yang sama sepertimu. Maafkan. Saya hanya bisa berdoa mudah-mudahan kamu bisa belajar dari masa lalu dan tidak mengulanginya lagi. Kamu sudah belajar dari 'yang gelap di belakang', dan kamu tak boleh memasukinya lagi. Jika kekasihmu sekarang meminta 'hal yang sama', tentu suara kebaikan dalam dirimu tak sudi mengizinkannya: Saya mohon dengarkanlah suara kebaikan itu!
Saya harap kamu sudah membaca posting saya yang ini Keterbukaan dan yang ini Berjalan. Mudah-mudahan ada yang bisa kamu dapatkan dari sana.
Tentang kekasihmu, dan apa yang harus dia lakukan, saran saya kalian membuat percakapan yang serius dari hati ke hati. Kamu katakan kepadanya bahwa kamu memang pernah punya masa lalu yang buruk, tetapi berjanjilah kamu akan menjadi perempuan yang lebih baik lagi, tidak mengulang kesalahan itu, dan bersama-sama memaafkan masa lalumu dengan menjadi kekasih yang baik untuknya. Dia tentu boleh marah dan kecewa. Itu haknya, kan? Dan kamu harus mengerti itu. Tetapi jika dia benar-benar menyayangimu, dia akan memaafkan masa lalumu dan bersedia bersama-sama untuk menciptakan hidup yang lebih baik hari ini dan besok. Dia juga tahu kok bahwa dirinya bukan orang suci yang tak punya sedikitpun kesalahan di masa lalu. Semua orang punya 'sisi gelap' dalam dirinya, Dyandra, semua orang punya 'yang gelap di belakang'. Maka belajarlah untuk saling memaafkan: Pemaafan memang tidak mengubah masa lalu, tetapi ia melapangkan masa depan. Kalau kalian memang saling menyayangi, dan serius untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik di masa depan: Segeralah menikah!
Kita semua pernah bersalah dan berdosa, Dyandra. Tetapi kita tak bisa mengubah yang telah lewat. Kita hanya bisa berusaha melakukan yang terbaik hari ini, dan menjadi lebih baik di masa depan. Sebenarnya saya ingin mengatakan ini pada kekasihmu, "Tak perlu selalu mengungkit masa lalu yang buruk, bekerjalah untuk masa depan yang baik", tetapi saya tak punya kesempatan untuk mengatakannya, kan? Maka jika kalian memang serius saling menyayangi dan sudah saling terbuka tentang banyak hal, kalian bisa memulai percakpan itu dengan bersama-sama membaca balasan e-mail saya ini.
Maaf jika saya tak bisa memberikan solusi untuk masalahmu. Tapi kita bisa sama-sama belajar untuk menjadi manusia yang lebih baik.
Saya mendoakanmu, untuk segala hal yang lebih baik kini dan esok hari.
Salam baik,
Fahd Djibran
Awesome.........Mas, as usually....:)
ReplyDelete"...Pemaafan memang tidak mengubah masa lalu, tetapi ia melapangkan masa depan"......:)
virginitas mungkin harga mati bagi seorang laki-laki,,
ReplyDeletetak mampukah kita melihat sisi baik dan melupakan semua masa lalu itu...
setuju sama mas fahd, kalau kekasih mbak justru meminta hal yang sama, bukan kah itu sama saja tidak adil, jika kekasih mbak tulus dan sangat mencintai mbak, seharusnya dia tidak meminta mbak mengulangi kesalahan yang sama,,