Jika segala tentangmu memang harus dilupakan, aku ingin melakukannya pelan-pelan. Seperti seorang lelaki yang melepas kekasihnya di stasiun kereta, dengan lambaian dan deru lokomotif yang berjalan perlahan. Maka jika mataku menjadi berkaca-kaca memandang rambutmu yang murung, hingga mengaburkan cara pandangku tentang kenyataan, aku bersedia memejamkannya: Untuk kubasuh pipiku seperti puisi-hujan membasahi tanah-pagi.
Demikianlah aku selalu mencintaimu, jauh, sejauh kepergianmu. Bagai doa yang kupanjatkan setiap hari agar takdir menghancurkan lantai waktu dan Tuhan tak memberiku kesempatan untuk pernah mencintaimu.
FAHD DJIBRAN
[Fiksi pagi. Mungkin akan ada di novel saya nanti]
*Gambar diambil dari sini.
WOW... kena banget...
ReplyDeleteperih, aku tak bisa dengan tegas mengatakan kenyataan kalau ibuku sudah istikhoroh dan hasilnya buruk, dan aku harus melepaskannya secara perlahan..
ReplyDeletehhuuuaaa curcol
Kapan rilis novelnya Kang?
ReplyDeleteSaya do'a kan lancar prosesnya?
ReplyDeletehiks..hiks..*mewek bacanya*
ReplyDeletePagi2 udah sedih :)
ReplyDeletehai anonymous, knp kisah kita mirip ;)
ReplyDelete