Fahd Djibrna's Journal

Showing posts with label project. Show all posts
Showing posts with label project. Show all posts

BERBAGI INSPIRASI DI INSPIRASI.CO

Sejak Februari 2013, saya dan Pak Denny JA, pendiri Lingkran Survey Indonesia (LSI), bekerja bersama untuk menciptakan sebuah ruang alternatif tempat mengoleksi berbagai hal yang mudah-mudahan bisa menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang. Impian kami, kelak di sana orang-orang bisa melihat, mendengar, belajar, dan berbagi hal-hal inspiratif yang akan menumbuhkan semangat dan tradisi berkarya.

Setelah mendiskusikan berbagai macam gagasan, akhirnya kami sepakat untuk membuat sebuah online public library. Dalam imajinasi kami, perpustakaan, seperti di mana-mana, adalah hulu sekaligus hilir peradaban manusia. Dari sana kita bisa belajar banyak hal dari puncak-puncak kreativitas manusia, di sana pula kita bisa menampilkan puncak-puncak kreativitas kita—untuk menginspirasi manusia lainnya.

Kini, gagasan tersebut telah mewujud dalam bentuk sebuah situs perpustakaan online, yang mudah-mudahan menarik untuk selalu dikunjungi dan diakrabi koleksi-koleksinya. Seperti sebuah perpustakaan moderen lainnya, situs ini berusaha mengoleksi karya-arya terbaik yang pernah ada, mengemasnya menjadi referensi yang penting sekaligus inspiratif, serta menyediakan ruang bagi para penikmatnya untuk mendiskusikan, mengapresiasi, dan memulai langkah-langkah kreatif dan produktif untuk menciptakan karya-karya terbaik lainnya. Tentu saja, mudah-mudahan semua itu bermanfaat bagi banyak pihak juga memberi sumbangan berarti bagi tradisi berkarya di negara kita.

Melalui posting ini, saya mengajak teman-teman semua untuk mengunjungi situs tersebut (Silakan klik di sini). Sebelumnya, posting ini mungkin bisa juga dianggap sebagai mini-tour ke situs tersebut. Mudah-mudahan kalian suka.


Inspirasi.co merupakan situs perpustakaan online yang menyediakan berbagai fasilitas unggulan termasuk referensi, berita, hiburan, dan lainnya. Situs ini didirikan Denny JA dan Fahd Djibran (co-founder) dan dirancang untuk menjadi kanal informasi, pengetahuan, hiburan, dan diskusi bagi publik seluas-luasnya. Dengan mengoleksi puncak-puncak karya budaya dalam sejarah peradaban manusia, situs ini diharapkan mampu memberi inspirasi bagi para pengunjung dan anggotanya—agar kelak menumbuhkan tradisi berkarya yang lebih baik dan produktif. Saat ini, situs ini merupakan situs non-profit


REFERENSI | Kanal referensi berisi koleksi buku-buku terbaik berbagai bidang yang bisa dibaca secara online (first chapter saja). Situs ini juga berusaha mengembalikan tradisi membuat daftar atau ranking yang memuat informasi dan data-data penting dalam sejarah ilmu pengetahuan dan peradaban. Di samping itu, terdapat juga koleksi referensi berupa video-video dokumenter, ceramah, diskusi, dan lainnya dengan tema-tema penting dalam sejarah peradaban manusia. Situs ini juga mengoleksi video-video musik terbaik sepanjang sejarah, terhubung langsung melalui kanal Youtube resmi musisi maupun label yang mengeluarkannya. Tak ketinggalan, ribuan koleksi lukisan penting dalam sejarah (format digital) dari berbagai pelukis kenamaan juga menjadi koleksi situs ini.


BERITA | Portal berita inspirasi.co menyediakan berita dari berbagai situs berita baik dalam maupun luar negeri. Berbeda dari portal berita lainnya, situs ini memberikan pengalaman membaca berita yang lebih baik. Berita-berita nasional dan internasional dari sumber-sumber terpercaya disajikan berdasarkan kategori-kategori dengan tata-letak dan perancangan grafis yang lebih nyaman untuk dibaca. Pembaca berita juga bisa dengan mudah berkomentar atau membagi tautan berita melalui akun jejaring sosialnya masing-masing.


HIBURAN | Selayaknya sebuah perpustakaan modern, situs ini juga menyajikan bagian khusus berisi berita hiburan serta konten-konten multimedia. Terdapat update urutan lagu-lagu terbaik dan terpopular yang dirilis situs-situs music review terkemuka dunia, ribuan koleksi video musik yang terhubung dengan kanal Youtube resmi musisi maupun labelnya, video-video non-musik berisi informasi seputar hobi, gaya hidup, selebritas, dan lainnya. Serta koleksi-koleksi berharga lainnya yang disiapkan untuk memberikan hiburan yang inspiratif bagi pengunjung dan anggota situs ini.


FORUM DISKUSI, REVIEW, DAN POLEMIK | Fasilitas menarik lainnya yang disediakan situs ini adalah forum diskusi yang memberi ruang bagi pengunjung maupun anggota situs untuk membagi karyanya, mengapresiasi, maupun mendiskusikannya. Pada bagian ini, terdapat pula review buku dan review film yang selalu update dari situs-situs terkemuka dunia. Di samping itu, situs ini juga mengoleksi dokumen-dokumen penting yang merekam diskusi maupun polemik dalam sejarah ilmu pengetahuan dan budaya—terutama di Indonesia. Polemik-polemik yang melegenda tersebut merupakan khazanah penting dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dan budaya.


DENNY JA’S WORLD | Bagian ini memuat berbagai informasi, press release, kegiatan maupun dokumen dari berbagai jaringan yang terhubung dengan Denny JA, di antaranya Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Yayasan Denny JA untuk Indonesia Tanpa Diskriminasi, Yayasan Abad Demokrasi, Ciputat School, dan lainnya.


MALLCEPAT.COM | Mallcepat.com merupakan situs pencarian barang online terlengkap yang memudahkan Anda melakukan pencarian barang-barang yang di jual di berbagai toko online maupun forum jual beli online terkemuka di Indonesia maupun di dunia, termasuk tiket pesawat terbang, tiket event dan hotel. Situs ini terhubung dengan berbagai situs dan forum jual beli online dan menawarkan ragam kategori barang mulai dari buku, fashion, elektronik, otomotif, hingga properti. Mallcepat.com tidak menjual barang-barang tersebut, melainkan membantu Anda menemukan, meneliti, dan membandingkannya. Kebenaran data barang-barang online yang dijual di berbagai toko dan forum online yang terhubung ke Mallcepat.com, termasuk segala bentuk transaksi dan lainnya, di luar tanggung jawab Mallcepat.com.

Dalam masa perkenalannya, saat ini saya dan Pak Denny sedang membuat sejumlah lomba. Ada banyak hadiah yang ditawarkan, termasuk uang puluhan juta rupiah, gadget terbaru, merchandise dan lainnya. Dua lomba utama adalah lomba menulis kisah inspiratif dan lomba foto poster #SenyumInspirasi. Siapa saja boleh ikutan; bebas dan terbuka untuk umum. Boleh juga kalau berkenan menyebarkan informasi dan posternya.


LOMBA MENULIS KISAH INSPIRATIF | Informasi lebih lanjut mengenai ketentuan dan syarat lomba, silakan klik di sini.


LOMBA FOTO POSTER SENYUM INSPIRASI | Informasi lebih lanjut mengenai ketentuan dan syarat lomba ini, klik tautan ini.

Di bawah ini, ada file digital cover Facebook dan Twitter berkaitan dengan inspirasi.co, kalau berkenan memakainya jadi cover Facebook atau header Twitter kalian, saya tentu sangat berterima kasih. Boleh didownload dan disebarkan juga. :)


Thus. Mari berbagi inspirasi di inspirasi.cohttp://inspirasi.co/! Saran dan komentar akan sangat berguna buat kami. Jadi ditunggu ya. Siapa tahu kita juga bisa bekerjasama di kemudian hari. :)


Salam baik,

Fahd Djibran
Continue Reading...

Monolog Penantian


Di dunia di mana motif ayam menyeberang jalan tidak dipertanyakan lagi, perempuan-perempuan tahu bahwa jodoh mungkin harus ditemukan—dan bukan ditunggu. Sebab di dunia para ayam, pejantan tak pernah lebih dewasa dari betinanya.
Continue Reading...

Lima Cara Untuk Menghentikan Waktu (Kisah Semu)

Cerita: FAHD DJIBRAN - inspired by one of Craigslist true stories
Lagu: FIERSA BESARI dan NALURI BELLA WATI - Kisah Semu (dari Album 11:11, music and lyrics by Fiersa and Naluri)


Aku pertama kali melihatmu di stasiun kereta Rawa Buntu dan tidak jatuh cinta pada pandangan pertama.

Biasa saja, seperti kemeja putihmu yang agak kusut di bagian belakangnya, juga jins birumu yang tak terlalu istimewa. Kita sama-sama memakai kacamata, mungkin itu yang membuatku memerhatikanmu. Sejak SMP, aku selalu berimajinasi untuk suatu saat akan jatuh cinta pada perempuan berkacamata—dengan bingkai kotak yang berwarna hitam menumpuk di sepasang lengkung alis matanya: Waktu itu kamu memakainnya.

Continue Reading...

Penyesalan


Barangkali ada yang pernah atau sedang kita sesali: Hal-hal yang kita pikir lebih baik tak usah terjadi. Segala sesuatu yang selalu membuat kita berpikir tentang waktu, ibunda semua peristiwa, seraya mencari-cari cara terbaik untuk melupakan semuanya.

Continue Reading...

Dekade



Hari ini, 19 Juni 2013, menandai satu dekade perjalanan saya sebagai seorang penulis. Sepuluh tahun yang lalu, 19 Juni 2003, waktu itu masih kelas 2 SMA, saya menerbitkan buku pertama saya berjudul Kucing. Tidak mirip sebuah buku, sebenarnya. Sebab pada waktu itu, nyatanya Kucing terlalu absurd untuk disebut sebagai buku yang utuh. Ia hanya berisi kumpulan puisi, cerpen, sketsa, prosa, SMS, dan apa saja yang bisa saya tuliskan tanpa tahu bentuknya—jenisnya. Belum ada buku semacam itu sebelumnya, dan belum ada penerbit gila yang berani menerbitkan buku yang lebih mirip “tong sampah” pikiran dan perasaan.

Untunglah saya bertemu Irfan AmaLee, waktu itu editor Penerbit Mizan. Kakak kelas saya sewaktu mondok di Ma’had Darul Arqam Muhammadiyah, Garut. Setelah nekat menerima tantangannya untuk menerbitkan buku dan diberi waktu satu bulan, saya menyerahkan Kucing yang di-print menghabiskan uang saku saya untuk setengah bulan. Dengan tangan gemetar, saya menyerahkan naskah itu sambil berharap mendapat pujian, tentu saja, meski tidak yakin. Saya tidak berpikir buku itu akan laku atau tidak? Untuk siapa buku itu dituliskan? Apa segmentasi pembacanya? Bagaimana strategi pemasarannya? Pertanyaan-pertanyaan semacam itu sama sekali tak terlintas dalam benak saya waktu itu. Pokoknya saya menulis dan mudah-mudahan punya kesempatan untuk diterbitkan; Entah bagaimana lagi setelahnya.

Sepuluh hari sejak kejadian itu, status saya sudah berubah menjadi penulis. Amatir, tentu saja. Irfan AmaLee membantu menerbitkan Kucing secara indie di bawah penerbit yang saya tahu sebenarnya “pura-pura”, namanya MagnumOpusProject. Tapi saya tidak mau menjadi penulis yang pura-pura. meskipun buku saya hanya dicetak 10 eksamplar pada cetakan pertama, saya berusaha untuk menjadi penulis sungguhan. Paling tidak, waktu itu, saya berusaha “berakting” menjadi penulis sungguhan. Demi buku pertama itu: Saya buat posternya, saya buat blognya, saya sablon kaus bergambar cover buku saya, saya ceritakan pada sebanyak mungkin orang...

Waktu terus berjalan dan tanpa terduga Kucing terus dicetak, disukai dan mendapatkan banyak pujian. Orang-orang mulai mengenal saya. Saya mulai punya acara “bedah buku” sendiri dan sesekali membubuhkan tandatangan pada buku yang saya tulis itu—untuk seseorang yang tidak saya kenal sebelumnya. Sebagian orang memasukkan saya dalam daftar penulis yang buku berikutnya akan mereka tunggu atau penulis yang menginspirasi mereka. Saya bangga luar biasa, tentu saja, tetapi sekaligus khawatir dan malu. Khawatir karena kalau saya berhenti menulis artinya saya akan segera dilupakan. Malu karena saya hanyalah penulis amatir yang sebenarnya ragu tentang apa yang dituliskannya sendiri.

Maka saya bertekad untuk terus belajar. Bagi saya, berkarya adalah belajar. Pada saat karya saya dipuji atau laku atau menginspirasi pembaca, itu bonus dari kerja-kerja menyenangkan yang saya lakukan. Pada saat karya saya dikritik atau dihina atau tidak laku, ya... tak usah sakit hati. Namanya juga belajar, kan?

Hari demi hari berlalu. Tanggal dan bulan-bulan berguguran dari kalender. Tanpa terasa, sejak buku pertama itu, kini telah genap 10 tahun saya menulis. Lebih tepatnya, 10 tahun saya belajar menulis. Tanpa saya perkirakan sebelumnya, sekarang saya sudah memiliki lebih dari 15 buku yang tersebar di berbagai penerbit besar berskala nasional. Selain buku-buku, saya juga punya ratusan artikel, cerpen, puisi, prosa dan tentu saja ribuan tulisan gagal lainnya yang tersimpan di komputer atau catatan pribadi saya. Status sebagai penulis terus saya bawa sejak 10 tahun lalu dan kini telah memberikan saya banyak hal—yang tak pernah saya rancang sebelumnya: Rumah, kendaraan, karir, perjalanan-perjalanan, eksperimen-eksperimen, pertemuan-pertemuan, beasiswa, dan tentu saja... pembaca setia. Tak ternilai harganya!

10 tahun berlalu sudah banyak yang berubah dari gaya menulis saya, tentu saja. Tema, warna, dan posisi saya di hadapan teks juga telah berubah. Kadang-kadang saya tertawa membaca tulisan-tulisan lama saya, sambil bertanya-tanya mengapa saya begitu bodoh waktu menuliskannya? Di waktu yang lain, saya tercenung bahkan tercengang, mengapa dulu saya lebih cerdas, lebih lihai daripada sekarang? Tapi waktu, seperti teman, telah membentuk saya menjadi diri saya yang sekarang—dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

Inilah sepuluh tahun itu, baru saja berlalu. Bukan waktu yang panjang, tapi juga tidak pendek. Masih banyak yang harus saya kerjakan untuk terus belajar dan “berakting” menjadi penulis. Kini, saya sedang mempersiapkan sebuah buku yang paling ingin saya tuliskan sejak 10 tahun lalu. Sebuah novel, barangkali. Mudah-mudahan bisa segera saya selesaikan dalam waktu dekat dan terbit tahun ini juga. Sesuatu yang saya janjikan layak untuk Anda tunggu; Mudah-mudahan tidak mengecewakan.

Akhirnya, saya menikmati semua ini. Benar-benar menikmatinya. Menulis buat saya bukan untuk menjual buku, bukan juga untuk pergi ke pesta—seperti kata Chairil Anwar. Bagi saya, menulis adalah panggilan jiwa. Semacam takdir lain saya sebagai manusia. Sesuatu yang digambarkan Charles Bukowski sebagai sesuatu yang datang tanpa diminta, keluar dari hatimu dan dari pikiranmu dan dari mulutmu dan dari muntahmu... ia melesat dari jiwamu seperti sebuah roket! (...that comes unasked out of your heart and your mind and your mouth and your gut... it comes out of your soul like a rocket!)

Saya mungkin bukan penulis terbaik di Indonesia, tapi saya masih 26 tahun. Itu motto saya dalam menulis. I am not the best writer in Indonesia, but I am still 26 years old. Silakan tafsirkan sendiri maksudnya. :)

Terima kasih untuk semuanya. Benar-benar semuanya.



so you want to be a writer?
—Charles Bukowski

if it doesn’t come bursting out of you
in spite of everything,
don’t do it.
unless it comes unasked out of your
heart and your mind and your mouth
and your gut,
don’t do it.
if you have to sit for hours
staring at your computer screen
or hunched over your
typewriter
searching for words,
don’t do it.
if you’re doing it for money or
fame,
don’t do it.
if you’re doing it because you want
women in your bed,
don’t do it.
if you have to sit there and
rewrite it again and again,
don’t do it.
if it’s hard work just thinking about doing it,
don’t do it.
if you’re trying to write like somebody
else,
forget about it.

if you have to wait for it to roar out of
you,
then wait patiently.
if it never does roar out of you,
do something else.

if you first have to read it to your wife
or your girlfriend or your boyfriend
or your parents or to anybody at all,
you’re not ready.

don’t be like so many writers,
don’t be like so many thousands of
people who call themselves writers,
don’t be dull and boring and
pretentious, don’t be consumed with self-
love.
the libraries of the world have
yawned themselves to
sleep
over your kind.
don’t add to that.
don’t do it.
unless it comes out of
your soul like a rocket,
unless being still would
drive you to madness or
suicide or murder,
don’t do it.
unless the sun inside you is
burning your gut,
don’t do it.

when it is truly time,
and if you have been chosen,
it will do it by
itself and it will keep on doing it
until you die or it dies in you.

there is no other way.

and there never was.

FAHD DJIBRAN | Tangerang Selatan, 19/06/2013

*Gambar diambil dari sini.
Continue Reading...

Sebelum Gelap



Aku membayangkan situasi yang mungkin akan menghapus senyum dari wajahmu, aku membayangkan tangis anak kita yang menjerit pilu di dadamu: Laki-laki macam apa aku jika saat itu benar-benar tiba dalam hidup kita?



Anywhere you are, I am near
Anywhere you go, I'll be there
Anytime you whisper my name, you'll see

Where every single promise I'll keep
Cause what kind of guy would I be
If I was to leave when you need me most

What are words
If you really don't mean them
When you say them

What are words
If they're only for good times
Then they're done

When it's love
Yeah, you say them out loud
Those words, They never go away
They live on, even when we're gone

And I know an angel was sent just for me
And I know I'm meant to be where I am
And I'm gonna be

Standing right beside her tonight
And I'm gonna be by your side
I would never leave when she needs me most

What are words
If you really don't mean them
When you say them

What are words
If they're only for good times
Then they're done

When it's love
Yeah, you say them out loud
Those words, They never go away
They live on, even when we're gone

Anywhere you are, I am near
Anywhere you go, I'll be there
And I'm gonna be here forever more

Every single promise I'll keep
Cause what kind of guy would I be
If I was to leave when you need me most

I'm forever keeping my angel close


FAHD DJIBRAN | 27/05/2013

*Lagu: Chris Medina - What Are Word (2011)
*Gambar diambil dari sini.
Continue Reading...

Terjatuh



Ini cerita tentang seorang perempuan yang terjatuh. 

***

Aku melihat perempuan itu berjalan terburu-buru dengan langkah-langkah yang lelah. Rambutnya tak bercahaya, lebih terlihat tak terururs dan bercabang. Wajahnya tidak gembira, tentu saja: Ada sesuatu yang dia sembunyikan di dalam dirinya—menjadi beban bagi hatinya.




FAHD DJIBRAN | 22/05/13

PS. Cerita ini terisnpirasi dari komposisi musik teman saya, Kate Grealy, penyanyi asal Australia, berjudul Nothing’s As it Appears. Saat ini Kate sedang sakit di Jogja. Semoga lekas sembuh, Kate.

Lagu: Kate Grealy – Nothing’s As it Appears
Gambar diambil dari sini.


Continue Reading...

Cerita yang Dituliskan Apa Adanya

: Rizqa



Ah, many of my smiles begin with you…

Many of my stories are about you…




FAHD DJIBRAN | Pamulang, 16 Mei 2013

Lagu: Owl City & Yuna - Shine Your Way
Continue Reading...

Tua


Hari ini usia saya 26 tahun 8 bulan 9 hari, tapi saya mulai merasa tua. Saya kehilangan banyak ingatan ihwal nama-nama—terutama mereka yang berasal dari masa lalu. Di keseharian, banyak sekali yang terlalu mudah saya lupakan. Sementara perut saya mulai membuncit, penglihatan saya mulai kabur, dan saya jadi pemarah.
Continue Reading...

Foto

“Ini foto kapan, ya? Kita lagi di mana?” Aku setengah berteriak.

Kamu mengintip dari dalam kamar, masih terus mencari kacamataku. “Itu waktu kita lagi di Batam!” Kamu setengah berteriak.

Aku tersenyum. Aku sudah tahu sebenarnya. Aku masih mengingat semuanya. Tapi aku senang menanyakannya padamu, lagi dan lagi: Aku senang mengetahui bahwa aku tidak sendirian di dunia ini. 




kuberikan padamu
setangkai kembang pete
tanda cinta abadi namun kere
buang jauh-jauh impian mulukmu
sebab kita tak boleh bikin uang palsu

kalau diantara kita jatuh sakit
lebih baik tak usah ke dokter
sebab ongkos dokter di sini
terkait di awan tinggi

cinta kita cinta jalanan
yang tegak mabuk dipersimpangan
cinta kita jalanan
yang sombong menghadang keadaan

semoga hidup kita bahagia
semoga hidup kita sejahtera
semoga hidup kita bahagia
semoga hidup kita sejahtera

kuberikan padamu
sebuah batu akik
tanda sayang bathin yang tercekik
rawat baik-baik walau kita terjepit
dari kesempatan yang semakin sempit


FAHD DJIBRAN | 2 April 2013

*Lagu: Iwan Fals - Kembang Pete


Continue Reading...

[Revolvere Project] APRIL


April, tak ada manusia yang benar-benar sanggup menghapus ingatan tentang cinta pertamanya. Sekuat apapun mereka berusaha melupakannya, ia akan selalu ada—bersemayam di taman bunga kenangan.

April,
cinta pertamaku,
menggasing di lesung pipitmu
sepasang remaja berkejaran
di taman bunga kenangan
lihat!” telunjukku menunjuk ke kejauhan
kupu-kupu bersayap biru
terbang rendah di bibir cahaya

aku akan mengejarnya,” katamu
punggungmu yang berguncang
meninggalkan dadaku yang mendadak rindu
kemudian di mataku segala tentangmu
perlahan menjadi bait-bait puisi:
rambutmu jadi keemasan
disaput cahaya pagi pukul sembilan
langkah-langkah kecilmu yang cepat
mendesir gamang di jalan-jalan darahku yang melambat

aku akan mengejarmu, kataku dalam hati, aku akan mengejarmu
lalu kau menolehkan wajahmu ke arahku, tertawa tanpa suara
ayo!” katamu, sambil kau terus mengejar kupu-kupu
dan aku terus mengejar punggungmu
sepasang remaja, berlarian di bibir cahaya

April,
cinta pertamaku,
tersesat di lugu matamu
di mana kupu-kupu itu?” katamu
kemudian aku jadi ragu,
benarkah aku pernah melihat kupu-kupu itu?

seberapa jauh kita berlari?” tanyamu
ah, aku tak bisa menjawab pertanyaanmu,
entahlah, April, jawabku dalam hati,
tetapi sejauh apapun kau ingin berlari
aku akan selalu mengejar punggungmu dengan rindu

kamu tersenyum, aku tersenyum
sepasang remaja, menghela napas di bibir cahaya

April, dari manakah sesungguhnya
manusia belajar jatuh cinta?
semuanya masih rahasia
seperti sejarah manusia, seperti masa depan kita
tapi, April, aku tak ingin mencintaimu dengan alasan yang rumit
biarlah ia sederhana dan apa adanya
seperti sepasang remaja yang mengejar kupu-kupu bersayap biru
di taman bunga kenangan

ayo kita pulang!” katamu
aku masih ingin bermain,” kataku

April, kepadamu, sesederhana itulah
aku jatuh cinta
dan terus jatuh cinta

Kini, April, bertahun-tahun kemudian, kita telah tumbuh menjadi dua orang dewasa yang berusaha mencintai kehidupannya sendiri-sendiri. Dan ternyata, tak ada kisah cinta kita di bibir cahaya—



coba tanya hatimu sekali lagi
sebelum engkau benar-benar pergi
masihkah ada aku di dalamnya
karena hatiku masih menyimpanmu

kisah kita memang baru sebentar
namun kesan terukir sangat indah
ku memang bukan manusia sempurna
tapi tak pernah berhenti mencoba

membuatmu tersenyum
walau tak pernah berbalas
bahagiamu, juga bahagiaku

saat kau terlalu rapuh
pundak siapa yang tersandar
tangan siapa yang tak melepas
kuyakin aku...

bahkan saat kau memilih
untuk meninggalkan aku
tak pernah lelah menanti
karena ku yakin kau akan kembali

ada engkau dalam setiap doaku
sungguh aku rindu berbagi tawa
kini kita tidak lagi menyapa
biarlah hanya dari kejauhan

melihatmu tersenyum
walau tak pernah berbalas
bahagiamu, juga bahagiaku

April, barangkali kita memang tak ditakdirkan menjadi sepasang kekasih, barangkali kita memang tak berjodoh... tetapi melihatmu menjadi kekasih orang lain, telah membunuh kupu-kupu bersayap biruku. Meski aku bahagia melihatmu bahagia, April, tak ada manusia yang sanggup menghapus ingatan tentang cinta pertamanya. Dan sekuat apapun aku berusaha melupakanmu, sepasang remaja selalu berkejaran di bibir cahaya—di taman bunga kenangan.

April, jika segala tentangmu memang harus dilupakan, aku ingin melakukannya pelan-pelan. Seperti seorang lelaki yang melepas prempuan yang dicintainya di stasiun kereta, dengan lambaian dan deru lokomotif yang berjalan perlahan. Maka jika mataku menjadi berkaca-kaca memandang rambutmu yang murung, hingga mengaburkan cara pandangku tentang kenyataan, aku bersedia memejamkannya: Untuk kubasuh pipiku seperti puisi-hujan membasahi tanah-pagi.

Demikianlah aku selalu mencintaimu, April... Jauh, sejauh kepergianmu. Bagai doa yang kupanjatkan setiap hari agar takdir menghancurkan lantai waktu dan Tuhan tak memberiku kesempatan untuk pernah mencintaimu.

saat kau terlalu rapuh
pundak siapa yang tersandar
tangan siapa yang tak melepas
kuyakin aku...

bahkan saat kau memilih
untuk meninggalkan aku
tak pernah lelah menanti
meskipun engkau tak akan kembali


REVOLVERE PROJECT |  @fahdisme @fiersa @futihfatih

*Tulisan, lagu, dan foto ini adalah hasil latihan bersama sebelum launching Revolvere Project keempat.   


Kredit
Fiksi: Fahd Djibran - Memoritmo [2013], Untitled [2012]
Musik: Fiersa Besari – April [2013]
Foto: Futih Aljihadi – Solitude [2012]



Revolvere Project merupakan sebuah project hibrida fiksi-musik-visual menjadi sebuah bentuk kreatif yang baru. Project ini mengajak pembacanya berinteraksi dan menikmati sebuah karya melalui rasa, mata, dan telinga sekaligus. Dibentuk pada pertengahan bulan Agustus 2011 di sebuah café di Bandung, project ini digawangi tiga kreator lintas-bidang: Fahd Djibran (penulis), Fiersa Besari (musisi), dan Futih Aljihadi (videografer). Untuk berinteraksi, silakan kunjungi page Facebook kami atau kirim e-mail ke revolvereproject@yahoo.co.id
Continue Reading...

Bersalah


Apa yang mustahil tak dimiliki semua manusia? Barangkali rasa bersalah.
Continue Reading...

Launching #NovelTakSempurna



UNDANGAN TERBUKA

Dear All,
Dear Rezpector Se-Indonesia,

Setelah melahirkan dan membesarkan buku HBDM, Hidup Berawal Dari Mimpi, sekitar dua tahun lalu, kami mengerti bahwa kerja belum selesai. Sama sekali belum. Masih banyak yang harus dilakukan dalam kerja besar memberi inspirasi bagi generasi muda bangsa ini. Tapi kami senang sudah memulainya.

Kami senang buku itu diterima dengan baik dan tanpa diduga mampu menginspirasi—bahkan mengubah hidup—banyak pembacanya. Ada banyak cerita para pembaca HBDM yang membuat kami terharu. Salah satunya seorang anak yang memutuskan untuk “berdamai” dengan kedua orangtuanya setelah bertahun-tahun “tak akur”. Kami tak menyangka bahwa dia, setelah membaca HBDM, memutuskan untuk berbicara kepada kedua orangtuanya, meminta maaf, berpelukan, menangis bersama, dan meruntuhkan segala benteng kesalahpahaman yang bertahun-tahun terus dibangun dan dipertahankan dengan ego masing-masing. Juga banyak cerita hebat lainnya yang membuat kami yakin bahwa kami harus meneruskan sesuatu yang sudah kami mulai…

Maka awal tahun 2013, dengan penuh kebanggaan kami persembahkan sebuah karya kolaborasi kedua: TAK SEMPURNA. Sebuah novel yang bercerita ihwal gelap-terang dunia pendidikan kita. Seperti terhadap HBDM, kami memperlakukan novel Tak Sempurna bukan sekadar sebuah buku--yang dijual untuk kelak dibaca dan dilupakan. Ia adalah kami, gagasan dan perasaan kami, yang menyamar dalam bentuk sebundel kertas dan menyelinap ke ruang-ruang baca banyak orang untuk menanamkan prinsip-prinsip yang kami yakini: kebaikan, perubahan, inspirasi, dan pencerahan.

Kini, kami mengundang siapapun kalian, termasuk Rezpector di seluruh Indonesia, untuk bersama-sama hadir dan memberi restu atas kelahiran karya kolaborasi kami yang kedua. Kami mengundang Anda semua untuk hadir dalam acara peluncuran novel Tak Sempurna yang akan diselenggarakan pada:

Waktu: 22 Maret 2013
Tempat: Function Room Gramedia Matraman Jakarta
Jam: 19.00 WIB s/d selesai

Tentu kami akan senang jika kita bisa bertemu dalam acara itu. Jika pertemuan kita kelak merupakan doa dan dukungan yang dirayakan, kita akan merayakannya dengan penuh sukacita. Sampai bertemu. Segera!


Salam baik,

FAHD DJIBRAN, BONDAN PRAKOSO & FADE2BLACK



Continue Reading...

Komitmen

—Balasan Rizqa untuk posting saya, The Proposal. Proses penyuntingan tulisan ini dilakukan berdua.



Sejak awal, aku tahu hanya kamu yang bisa menghancurkan perasaanku. Tapi aku selalu seolah rela membiarkanmu melakukannya—berulang-ulang kali. Sementara aku selalu bersedia menjadi pelupa, memaafkan semua kesalahan-kesalahanmu, betapapun kau akan melakukannya lagi. Dan lagi.






12 Februari 2013 | Rizqa Abidin – Fahd Djibran

*Gambar diambil dari sini.
*Lagu: Just Give Me a Reason – P!nk ft. Nate Ruess
Continue Reading...

Maharencana




Terakhir, saya senang menuliskan pikiran, perasaan, dan pengalaman saya di blog ini. Termasuk lima bait kalimat yang saya ceritakan di atas tadi. Itu modus saya untuk berdoa. Sebab ketika kalian membaca tulisan-tulisan yang sebenarnya adalah doa-doa saya, kalian turut mengaminkannya. Terima kasih untuk semua itu… Dan tetaplah menjadi teman yang keren!


—Keep calm and God will answer your prayers

FAHD DJIBRAN

*Lagu: Jason Mraz - I Won't Give Up
*Gambar diambil dari sini.
Continue Reading...

The Proposal

: Untuk Rizqa, tiga tahun yang lalu


—Dari anak laki-laki yang disayang Tuhan, diturunkan ke bumi untuk menyayangimu. 


FAHD DJIBRAN

*Lagu: Without You - David Guetta feat Usher & ThePianoGuys
*Gambar diambil dari sini.
Continue Reading...

Menyeberang



Kapan Tuhan mengirimkan jodoh buatku? Itu pertanyaan pribadimu. Keluh rahasiamu. Kadang-kadang kamu gumamkan di saat-saat sepi yang sendiri.





: Untuk seorang sahabat

FAHD DJIBRAN

*Lagu: The Cardigans - Communication (Accoustic)
*Gambar diambil dari sini.
Continue Reading...

Tak Sempurna: Sebuah Novel


Sejak pertangahan 2012, saya dan Bondan Prakoso & Fade2Black (Bondan, Tito, Eza, dan Arie) berencana membuka awal tahun 2013 dengan karya baru: Sebuah novel kolaborasi fiksi-musikal berjudul Tak Sempurna. Kenyataannya, mengerjakan karya ini tak semudah yang dibayangkan. Kami gagal menyajikannya tepat di awal tahun. Sebab ternyata kami memerlukan waktu lebih untuk sejumlah riset, diskusi panjang, dan persiapan-persiapan penting lainnya. Di tengah kesibukan masing-masing, kami terus berkonsentrasi pada karya ini, kami ingin karya ini “maksimal”, meski kami juga tahu sulit menjadikannya “sempurna”. Syukurlah kini semuanya sudah selesai; Tinggal selangkah lagi, novel itu akan segera rilis pada Februari 2013.

Ada yang istimewa dalam perjalanan kami mengerjakan karya ini. Kami mengerjakannya dengan spirit yang lebih kuat, juga dengan visi yang lebih sejalan. Mungkin karena hubungan kami sudah menjadi lebih matang lagi, bukan sekadar saling kenal. Kami berjalan beriringan sebagai teman, atau sahabat, dalam pengertian yang sesungguhnya. Kami tidak hanya berhubungan dalam hal kreativitas, tapi hingga hal-hal lain yang lebih personal. Misalnya, di sela-sela diskusi, kami bisa bercerita tentang keluarga, anak-anak, repotnya mengurus rumah, atau curhat soal persoalan masing-masing. Yang lebih istimewa, kedekatan itu merambat ke aspek yang lebih kompleks dalam kehidupan masing-masing kami: Menyenangkan mengetahui bahwa istri kami juga jadi saling kenal, anak-anak kami bertemu dan bermain, dan lebih banyak lagi. Jangan tanya soal Eza, dia memang belum menikah, tapi tentu jadi Om paling keren bagi anak-anak kami.

Dua setengah tahun lalu ketika mulai mengerjakan Hidup Berawal Dari Mimpi (HBDM), kami baru saling mengenal. Sejujurnya, proses kreatif dilakukan dengan nuansa yang agak rikuh. Sebagai seniman yang berkarya di dua wilayah yang berbeda, kami masih saling membaca satu sama lain, scanning. Tapi syukurlah ternyata HBDM menjadi pembuka yang manis untuk proyek-proyek kreativitas kami berikutnya. Dengan berbagai kekurangannya, buku itu diterima dengan baik di tengah-tengah masyarakat, menjadi best-seller di toko-toko buku besar, membuat kami bangga dan tersenyum lebar. Ini rahasia: HBDM sebenarnya belum menggambarkan gagasan dan perasaan kami seutuhnya—ia hanya kepingan-kepingan cermin yang merefleksikan hal-hal yang berserakan di otak dan hati kami.

Tak Sempurna lebih mewakili kami sebagai individu. Ia memuat gagasan dan perasaan kami yang lebih utuh dan jujur tentang banyak hal. Juga harapan dan kegelisahan-kegelisahan. Untuk mengungkapkan semua itu, kami memilih dunia sekolah sebagai “medan bercerita”. Ya, boleh jadi kami meminjam sekolah sebagai sudut pandang untuk melihat dunia yang lebih luas. Bagi kami, sekolah adalah dunia yang sangat kompleks—miniatur kehidupan manusia. Kita bisa melihat banyak aspek penting kehidupan dari sana: Hubungan antar-manusia, anak-anak, keluarga, orangtua, birokrasi, politik, agama, masyarakat, harapan, kekecewaan, masa lalu, masa kini, masa depan, semuanya. Jadi, meskipun kami bercerita tentang “sekolah” atau “anak sekolah”, sesungguhnya kami sedang menceritakan sesuatu yang lebih luas lagi.

Novel kami bercerita tentang dunia pendidikan di suatu kota-yang-tak-disebutkan-namanya di Indonesia. Kami lebih senang menyebutnya Gotham-nya Indonesia. Suatu kota di mana anak-anak dibesarkan di tengah keluarga yang tak memberikan kasih sayang, kehidupan bermasyarakat yang tak memberi harapan, dan kehidupan bernegara yang tak menjanjikan apa-apa kecuali perang-perang politik kepentingan memuakkan. Di kota semacam itu, sulit sekali menemukan contoh dan teladan yang baik, sekalipun dari kalangan tokoh-tokoh agama. Di kota itulah sekolah menjadi sekadar tempat “penitipan anak” bagi orangtua yang sibuk atau “tempat pembuangan anak” bagi orangtua yang tak peduli pada mereka. Juga ajang adu gengsi. Sementara itu, di tengah semua kekacauan sistem pendidikan, rekrutmen tenaga pengajar yang penuh kecurangan, dan kurikulum pendidikan yang berantakan, anak-anak ini masih ditekan dengan beban pelajaran yang kelebihan muatan, tugas-tugas, les panjang persiapan ujian, try out, ujian nasional, dan seterusnya.

Something has gone very wrong with our school! Itu kalimat kuncinya. Sudah bisa diduga, tentu saja, anak-anak seperti apa yang dihasilkan kehidupan kota semacam itu—sistem pendidikan semacam itu? Kami terkejut mendapatkan sejumlah fakta mengerikan dalam riset sederhana yang kami lakukan: Ratusan pelajar tewas setiap tahunnya akibat tawuran dan overdosisi obat-obatan terlarang. Para pelajar melakukan seks bebas sesering pesta minuman keras, aborsi di mana-mana, pembunuhan dan pemerkosaan sulit dihitung jumlah pastinya. Ya, semua itu dilakukan pelajar, remaja Indonesia di bawah usia 18 tahun! Anak-anak masa depan yang gelisah dan putus asa, tapi tak pernah diperhatikan! Ana-anak yang dibuang, ditekan, dibebani, untuk kelak dicaci-maki dan disalahkan!

Di novel tersebut, kami meminjam sudut pandang seorang remaja biasa untuk bercerita berbagai hal tentang dirinya. Namanya Rama. Dia menceritakan banyak hal tentang sekolah dan segala hal yang bersinggungan dengannya. Dari hal-hal yang bisa kita bayangkan hingga hal-hal yang mungkin tak pernah kita bayangkan. Dari yang menyenangkan hingga yang menyedihkan. Dari harapan hingga kekecewaan. Semua tentang sekolah. Semua tentang kehidupan mereka—anak-anak bangsa: Miniatur bagi kehidupan kita sesungguhnya!

Saya tak akan menulis lebih panjang lagi. Jika ingin tahu detilnya, tentu Anda semua harus membaca ceritanya. Kami sudah tidak peduli lagi cerita itu akan melahirkan “pro” atau “kontra” di tengah masyarakat. Kami hanya menceritakan kenyataan yang kami tangkap apa adanya. Lagi pula, sebuah karya, ketika sudah dilemparkan ke hadapan sidang pembaca, sepenuhnya menjadi milik pembacanya. Tugas kami sudah selesai, itu dia: Kami sudah menuliskannya menjadi sebuah cerita sederhana—yang barangkali memang tak sempurna. Namun dari cerita itu, kami berharap sesuatu: Semoga pikiran dan perasaan kita terbuka, ada jutaan anak-anak Indonesia yang harus kita perhatikan dan selamatkan masa depannya!

Bagaimana kisah ini dituliskan? Kami tetap menyebutnya fiksi-musikal. Kami tak peduli pada genre, sebenarnya. Seperti jika saya menulis atau jika Bondan Prakoso & Fade2Black menulis dan menyanyikan lagu. Bisa apa saja namanya. Tapi mungkin novel ini memang dituliskan dengan cara yang tidak biasa. Bacalah sambil mendegarkan lagu-lagunya. Cerita dan lirik-lirik lagu yang terdapat di dalamnya merupakan satu kesatuan utuh yang tak terpisahkan. Inilah yang disebut kolaborasi, sebuah karya yang dirancang dan dilahirkan dengan spirit saling melengkapi!

Akhirnya, kami mempersembahkan novel ini untuk orang-orang terkasih di sekeliling kami, adik-adik kami para pelajar di seluruh Indonesia, juga Rezpector sejagat raya! Mari akhiri semua kebodohan untuk menjadi generasi Tak Terkalahkan


Kau yang di sana, yang berjiwa lemah,
Mendekat padaku! Raih tanganku!
Karena ku di sini pantang menyerah,
Bersatu kita kuat, bersama kita hebat
dan tak kan terkalahkan!

Respect & Unity For All, RUFA,
Fahd DjibranBondan Prakoso & Fade2Black


Tak Sempurna: Sebuah Novel
Fahd Djibran feat Bondan Prakoso & Fade2Black
Tebal: 240++ halaman
Harga: Rp. 46.000,-
Penerbit: Kurniaesa Publishing
Pre-Order Edisi Tandatangan: Kurniaesa, Bukukita, Bookoopedia
Tersedia di toko-toko buku nasional seluruh Indonesia mulai pertengahan Februari 2013.
Continue Reading...

Kelahiran



Hari itu Senin, 12 Rabiul Awal, 570 M. 1443 tahun silam. Angin jazirah mengembangkan senyum seorang ibu yang sedang berbahagia. Aminah namanya. Perempuan agung yang baru saja melahirkan bayi yang dinanti-nanti.

Muhammad nama bayi itu. Aminah terus tersenyum sambil menimang bayi tampan di pangkuannya. “Kelahiran putraku membuat seluruh jagat raya seolah lautan cahaya dan aku sedang berenang di dalamnya!” Ujar Aminah dalam senyum gembira. Bayi tampan itu, Muhammad, tertidur dalam selimut putih dengan wajah yang tenang. Langit, bumi, awan, gunung, hewan-hewan, tetumbuhan, para malaikat, seluruh semesta sedang bershalawat mengagungkan namanya.

Di rumah itu, semua orang berkumpul mengelilinginya. Memuji cahaya di wajahnya. Ada kebahagiaan yang tak bisa mereka jelaskan, meluap-luap di hati mereka. Mereka tak tahu nama kebahagiaan itu, mereka tak pernah merasakan yang sesyahdu dan seagung itu. Mereka merasakan ketenangan dan keagungan yang takterpermaknai dialirkan napas lembut bayi tampan itu. “Dia bayi yang tampan! Sungguh, dia bayi yang tampan!” Kata seseorang di antara mereka. Yang lain mengangguk-angguk memberikan persetujuan. Perasaan gembira bertambah besar di hati mereka.

Nama ayah bayi itu Abdullah. Hamba Tuhan, sebagaimana namanya, yang penyabar dan lembut hatinya. Sayang Abdullah tak bisa ikut merasakan kebahagiaan menyambut bayi Muhammad. Abdullah meninggal sebelum menyaksikan kelahiran putranya. Tetapi kakek bayi itu masih hidup dan sehat, Abdul Muthalib namanya. Dia merupakan pemuka kabilah Quraisy yang bijaksana dan murah hati. Semua ini tentu bukan kebetulan, Tuhan tahu segalanya, bahkan sesuatu yang paling rahasia di antara banyak hal yang telah dilupakan manusia.

***

Begitu indah silsilah bayi tampan ini: Dari Abdul Muthalib lahirlah Abdullah, dan dari Abdullah lahirlah Muhamad. Semua ini memberi tahu kita tentang cara melahirkan Muhammad dari dalam diri kita. Caranya, kita harus mengubah diri menjadi hamba yang terus-menerus melakukan pencarian (dalam bahasa Arab, itu berarti 'abdul muthalib). Beragama adalah proses pencarian terus-menerus, Islam menolak cara beragama yang menetap pada kebiasaan. Kisah Nabi Ibrahim dalam Al-Quran menegaskan bahwa untuk sampai pada keimanan yang kukuh, seseorang harus melalui fase pencarian terus-menerus. Abdul Muthalib mencontohkannya.

Kemudian, dari proses pencarian itu kita akan belajar menjadi pelayan Tuhan (dalam bahasa Arab, itu berarti 'abdullah). Sebagai pelayan Tuhan, seluruh tindakan kita adalah realisasi dari semua perintah dan larangan-Nya. Bila tuannya sangat kasih sayang pada semua manusia, maka sebagai pelayan juga semestinya demikian. Ketika sang tuan tidak memunculkan diri secara langsung, semua tugas dan keberadaan tuan ditentukan oleh sikap dan kreativitas pelayannya.

Maka, setelah menjadi pelayan Tuhan yang baik dan taat, barulah lahir sifat-sifat ”yang terpuji” dalam diri kita (dalam bahasa Arab, itu berarti muhammad). Pelayan yang baik adalah pelayan yang menampilkan seluruh kehormatan dan kebaikan tuannya. Bila Allah kita imani sebagai pemilik nama-nama yang baik (al-asmâ al-husnâ), maka sebagai hamba-Nya kita harus terus-menerus menampilkan nama-nama indah itu dalam perilaku keseharian kita yang nyata. Di sanalah,seluruh diri kita akan menjadi ”sang terpuji”, muhammad, yang menjadi penyebar kasih sayang bagi seluruh semesta (rahmatan lil ’âlamin).

***

Demikianlah Muhammad terlahir.

Mendapati kabar kelahiran cucunya, Abdul Muthalib sangat berbahagia. Dia bergegas menuju kediaman menantunya, Aminah.

Berita bahagia, wahai Abdul Muthalib! Engkau mempunyai seorang cucu laki-laki yang rupawan! Belum pernah ada bayi seperti dirinya di muka bumi ini!” Seseorang menegur Abdul Muthalib yang terus tersenyum sepanjang perjalanan.

Setibanya di kediaman Siti Aminah, Abdul Muthalib segera memeluk bayi tampan itu dengan penuh kasih sayang. Dia benar-benar bahagia, tak terjelaskan. Senyumnya terus mengembang, tak bisa disembunyikan.

Mari kita beri nama dia Muhammad!” kata Abdul Muthalib, “Semoga cucuku ini dicintai di manapun dan dipuji di manapun! Inilah sebabnya aku menamainya Muhammad! Rawatlah dia dengan baik, seluruh dunia akan mengenalnya!

Kelahiran Muhammad membawa kebahagiaan tersendiri di kalangan keluarganya. Dalam beberapa riwayat diceritakan bahwa di malam saat Muhammad lahir ada cahaya yang bersinar di langit kota Makkah, berkilau ke seluruh semesta. Cahaya, ya cahaya, selalu menjadi amsal bagi sebuah harapan. Semua ini tentu beralasan, kelahiran Muhammad adalah kelahiran sebuah harapan—tentang hidup yang ditegakkan dengan cinta dan kasih sayang.

***

Ya Rasulullah, malam ini, jagat raya kembali mengenang kelahiranmu—tak putus-putus bershalawat mengagungkan namamu. Oh, kami merindukanmu, Ya Maulaya. Betapa kami merindukanmu, Kekasih...

Allahumma shalli ‘alâ Sayyidinâ Muhammad wa ‘alâ âli Sayyidinâ Muhammad...



Fahd Djibran | 23/01/2013


*Musik: Yanni - Until The Last Moment
**Gambar diambil dari sini.
Continue Reading...

Menulis Sebagai Jalan Ninja



Waktu kecil, saya tidak pernah berpikir akan menjadi penulis. Saya bercita-cita menjadi seorang ninja. Dalam imajinasi saya, ninja bekerja pada malam hari, siang hari dia menjadi manusia biasa seperti orang lain pada umumnya. Dengan jurus-jurus rahasia yang dikuasainya, seorang ninja mampu melumpuhkan lawan-lawannya dengan mudah: Demi kebenaran. Dengan tatap mata atau mantra dia bisa membuat lawannya kaku atau lemas atau bahkan lumpuh tak berdaya. Di saat lain dia juga bisa menyembuhkan. Dia berlari lebih cepat dari angin, menghilang dalam bayang-bayang, atau melompat seperti burung terbang. Ninja adalah terror atau pahlawan yang mengguncang malam!

Kini, setelah dewasa, saya gagal menjadi ninja. Tetapi ternyata menjadi penulis jauh lebih hebat daripada menjadi seorang ninja. Sebab saya mendapati kata-kata rupanya jauh lebih mematikan, juga jauh lebih menyembuhkan bahkan menghidupkan daripada senjata dan jurus-jurus rahasia para ninja. Dan seperti seorang ninja, sebagai seorang penulis saya tetap bisa bersembunyi, bekerja pada malam hari untuk menyamar di siang hari, juga mengguncang malam. Kata-kata yang saya reka bisa berlari jauh lebih cepat dari angin manapun, menjadi bayang-bayang bagi bayang-bayang itu sendiri, atau melesat lebih hebat melampaui kepak sayap burung apapun. Di atas semua itu, saya bisa menciptakan ribuan ninja melalui kata-kata!

Ah, ternyata semua ini bukan tentang menjadi apa atau menjadi siapa: Tetapi tentang bagaimana kita menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri. Apapun itu. Saya bahagia menjadi manusia yang tak terjebak pada masa lalu, tapi juga tak terhisap mengandaikan masa depan yang masih dirahasiakan Tuhan. Saya senang bisa menjadi diri saya yang sekarang.

Inilah jalan ninja yang saya tempuh!


FAHD DJIBRAN | 27/12/2012

*Gambar diambil dari sini.

Continue Reading...