Fahd Djibrna's Journal

Proses

print this page
send email

Lebih kurang satu tahun yang lalu saya merencanakan sesuatu untuk blog ini. Saya ingin menulis dalam tema sederhana namun berusaha mengundang pembaca menjadi "bagian penting" dalam tulisan-tulisan saya. Lalu saya menulis dengan "sengaja dan penuh rencana" agar sebisa mungkin melibatkan pikiran dan perasaan pembaca—sehingga seolah-olah saya membuatkan cerita yang khusus dituliskan hanya untuk masing-masing mereka. Saya ingin mereka "terlibat" dan “berinteraksi” dengan teks yang saya tuliskan.

Waktu itu saya membayangkan konsep tulisan atau cerita yang menjadikan pembaca sebagai tokoh utamanya, atau membuat mereka “merasa menjadi tokoh utamanya”. Itulah sebabnya saya lebih suka memakai kata ganti orang kedua dalam banyak tulisan saya, “kau” atau “kamu” atau “kalian” (jamak). Di sisi lain, meskipun saya menggunakan kata ganti orang pertama (“aku”, “saya”, dll) atau orang ketiga (“dia” atau “nama seseorang”), saya tetap berusaha berada dalam wilayah di mana setiap orang bisa merasa menjadi tokoh tersebut.

Untuk alur, saya berusaha sesederhana mungkin. Lebih banyak menggunakan alur maju. Saya memang sengaja tidak menggunakan kekuatan alur untuk mereka sebuah cerita. Saya tidak ingin menciptakan dunia sendiri melalui cerita yang saya tuliskan, tetapi membangun jembatan komunikasi antara dunia saya dan dunia pembaca saya. Bagi saya, menulis adalah berkomunikasi: Saya menulis karena saya ingin berinteraksi dengan pikiran dan perasaan pembaca saya.

Bagaimana dengan konflik? Bagi Anda yang sering membaca tulisan saya, Anda akan segera tahu bahwa saya lebih sering tidak membuat konflik dalam cerita. Itu tadi, sebab saya memperlakukan tulisan sebagai “medan percakapan” antara saya dan pembaca, saya selalu berusaha membuat konfliknya terjadi dalam pikiran dan perasaan pembaca saya. Sehingga “perubahan karakter” atau “pergeseran watak” tidak terjadi hanya dalam cerita, tetapi dalam kenyataan yang dirasakan langsung oleh para pembaca. Namun saya juga tidak ingin mengintervensi pembaca, saya hanya ingin meletakkan “bom waktu kata-kata” dalam pikiran dan perasaan mereka, lalu kita duduk bersama untuk bersantai dan mengobrol sambil menunggu bom itu meledak di hadapan kita.

Tantangan berikutnya adalah tentang pilihan tema. Saya sering menghabiskan waktu lama untuk menemukan tema yang bisa dirasakan dalam kehidupan pribadi masing-masing pembaca. Saya melakukan riset kecil dengan membaca, mengobrol, menonton film, atau mendengarkan lagu-lagu untuk menemukan “kegelisahan bersama”, “kebahagiaan bersama”, “kekecewaan bersama”, dan seterusnya. Lebih sering pilihan saya jatuh pada tema-tema keseharian, potongan-potongan peristiwa kecil, episode-episode yang saya banyangkan memiliki irisan yang cukup signifikan pada pengalaman masing-masing pembaca.

Untuk semua itu, saya melakukan sejumlah eksperimen. Dari mulai eksperimen bahasa, terutama tentang pilihan kata, hingga eksperimen “panjang-pendek tulisan”. Saya harus menemukan formula dalam takaran yang pas agar tulisan saya tidak keluar dari hal-hal yang saya rencanakan di atas. Prinsip saya: Your writing should be like a skirt, short enough to be interesting, long enough to cover the subject.

Entah semua rencana yang saya ceritakan ini berhasil atau tidak, hanya pembaca saya yang bisa menilainya. Tetapi saya bahagia mendapati tulisan-tulisan saya dibaca puluhan ribu orang setiap postingnya (berdasarkan statistik Blogger.com). Saya juga bahagia bahwa banyak dari tulisan-tulisan tersebut dikomentari puluhan orang dan di-like serta disebarkan tautannya melalui Twitter dan Facebook oleh ratusan orang dalam setiap postingnya.

Kini, setelah hampir satu tahun berlalu, saya mengumpulkan tulisan-tulisan tadi dan tulisan-tulisan lainnya ke dalam satu file. Tidak terasa jumlahnya ternyata telah mencapai lebih dari 200 halaman A4 satu spasi. Belakangan, ada sejumlah e-mail dari beberapa penerbit besar yang meminta agar tulisan-tulisan saya di blog diterbitkan oleh mereka. Juga ribuan e-mail komentar pembaca yang tersimpan rapi di boks khusus dalam akun e-mail saya. Semua itu membuat saya mulai berpikir: Mungkin baik untuk “merapikannya” dan “mengarsipkannya” dalam bentuk buku. Tentu dengan harapan tulisan-tulisan tersebut terdokumentasikan secara lebih baik dan utuh, agar lebih banyak pembaca bisa mengaksesnya dengan mudah.

Sekarang saya sedang menyelaraskan tulisan-tulisan itu agar memiliki tone yang sama antara satu dengan lainnya. Saya juga menambahkan beberapa hal, mengurangi beberapa bagian. Kemudian saya mengkategorisasi tulisan-tulisan tersebut ke dalam kotak-kotak tema yang lebih besar dan menuliskan pengantar untuk masing-masing kotak tema besar itu. Tentu saya juga menambahkan tulisan-tulisan baru—yang sama sekali belum pernah saya publikasikan di blog.

Ah, saya sangat menikmati semua proses ini. Ya, proses. Saya bahagia menjalani seluruh proses saya baik sebagai seorang seniman kata-kata maupun sebagai teman dan sahabat bagi para pembaca saya.

Akhirnya, terima kasih atas semua apresiasi dan dukungan Anda selama ini. Semoga Anda semua (masih) berkenan.


FAHD DJIBRAN

7 comments:

  1. suatu kesuksesan memang membutuhkan proses gan .. :)

    ReplyDelete
  2. wait for it kang, dont be longing yo . . .

    ReplyDelete
  3. tunggu bukux aja..gak jadi di print dech.. :D
    @dhynonk

    ReplyDelete
  4. cerita yang bagus ..
    nati saya tunggu postingan selanjutnya aja deh ..

    ReplyDelete
  5. ditunggu ya, kak Fahd. hehe.

    oya, buku hadiahnya udah nyampe ke rumahku. makasih banyak ^^

    ReplyDelete