Kau yang di sanaPagi 23 Agustus 2012, saya duduk di samping jendela di ruangan tempat saya menulis. Matahari pukul sembilan telah lama menguapkan embun di daun-daun. Angin berembus perlahan, ranting-ranting bergoyang, suara burung berkicau dari kejauhan. Saya menatap kertas digital kosong di layar monitor komputer saya, masih dengan sebuah pertanyaan: Apa yang telah, sedang, dan akan saya kontribusikan bagi generasi saya?
Yang berjiwa lemah
Mendekat padaku
Raih tanganku
Karena ‘ku di sini
Pantang menyerah
Bersatu kita kuat
Bersama kita hebat
... dan tak terkalahkan!
Saya teringat cerita Wak Enur ketika saya dan keluarga mudik lebaran ke Cianjur empat hari yang lalu, 19 Agustus 2012. “Di dieu mah barudak ngangora teh geus teu bisa diharepkeun. Pagawean ngan marabok, ulin, momotoran, garelut. Nu awéwéna ge sarua, barobogohanna geus teu inget kana agama.” Di kampung tempat tinggal nenek saya itu, demikian Wak Enur bercerita, anak-anak muda sudah tak bisa lagi diharapkan—apalagi dibanggakan. Kerja mereka hanya mabuk-mabukan, main-main, bermotor, berkelahi. Perempuan-perempuan juga sama saja, gaya berpacaran mereka sudah tak mempedulikan (batas-batas) agama.
Kekhawatiran Wak Enur sebagai seorang individu mungkin agak berlebihan. Tentu tak semua anak muda di kampung itu bejat dan tak bisa diharapkan masa depannya. Tetapi bagi Wak Enur yang tinggal di desa itu selama berpuluh-puluh tahun, juga barangkali sebagai seorang ibu, ia tengah melihat sesuatu yang salah pada generasi muda di kampungnya. Wak Enur tidak berpendidikan tinggi, dia tentu tak mengerti apa-apa tentang konspirasi di balik skenario politik-ekonomi global yang melakukan penjajahan baru dalam bentuk makanan, pakaian, dan hiburan (food, fashion, fun) yang sebenarnya merupakan upaya pemiskinan karakter generasi muda di ngara-negara miskin dan berkembang. Dia hanya mengerti hal-hal sederhana: Ada yang salah dari generasi muda yang dilihatnya di kampung halamannya di Cianjur. Ada yang salah, itu saja.
Apa yang salah? Saya tidak tahu persis. Tetapi apa yang terjadi di kampung nenek saya di Cianjur bukanlah fenomena tunggal dan terpisah. Saya melihat hal yang sama di tempat-tempat lain di hampir seluruh penjuru Indonesia. Berita tawuran di malam takbiran di Kota Medan, misalnya, jelas menunjukkan bahwa memang ada sesuatu yang salah dalam cara berpikir dan bertindak sebagian generasi muda kita. Bukankah budaya ‘takbiran’ hadir sebagai bentuk luapan ekstase religiusitas masyarakat kita dalam menggaungkan keagungan Tuhan yang telah mengantarkan umat Muslim ke gerbang kemenangan Idul Fitri setelah satu bulan berpuasa?
Dan apa yang terjadi di Kabupaten Tangerang, pada malam takbiran, jelas membuat kita tak habis pikir dan mengurut dada: Di malam kudus menjelang kefitrian, seorang siswi SMA direnggut kesuciannya oleh temannya sendiri. Belum cukup? Pada malam yang sama, sebuah granat meledak di Pospam Gladak, pos pengamanan lebaran, di Kota Surakarta. Tentang semua kekacauan ini, rasanya tak cukup lagi bagi kita sekadar menggelengkan kepala atau mengurut dada: Jelas ada yang benar-benar salah dengan generasi ini... Maka sudah saatnya kita melakukan sesuatu untuk memperbaikinya.
Saya kembali menatap kertas digital di layar monitor saya, barisan kata-kata yang berpangkal pada satu pertanyaan sederhana yang sekian lama bercokol di kepala: Apa sesungguhnya yang telah, sedang, dan akan saya kontribusikan bagi generasi saya?
Belum genap seminggu kita merayakan 67 tahun kemerdekaan bangsa ini sejak dideklarasikan anak-anak muda hebat pada tanggal 17 Agustus 1945, saya merasa kini kita sedang dipaksa menyaksikan tragedi sebuah bangsa yang galau tentang identitas dan masa depannya sendiri. Pada 67 tahun usia kemerdekaannya, saya pikir kita musti khawatir melihat dan memiliki generasi muda dengan jiwa-jiwa yang lemah: Generasi yang menghabiskan hampir seluruh waktunya untuk memikirkan kesenangannya sendiri.
Lalu, apa yang bisa saya lakukan untuk generasi ini? Saya tidak tahu banyak. Tetapi hari ini, sehari setelah usia saya genap 26 tahun, saya ingin kembali meneguhkan langkah saya untuk berbuat sesuatu bagi generasi saya. Sesuatu yang mungkin kecil, tetapi saya yakini akan menemukan energinya yang lain dari persinggungannya dengan upaya anak-anak muda lain yang ingin berbuat sesuatu bagi generasinya—bangsanya. Barangkali saya akan terus menulis, mengabadikan dan menularkan gagasan-gagasan saya, seraya berharap ia tak akan menjadi sia-sia di gelanggang sejarah. Saya akan terus berkarya dengan rasa percaya bahwa di luar sana ada anak-anak muda lain yang melakukan hal-hal hebat untuk menjadi kendali generasi. Saya percaya bahwa suatu saat semua ini akan bersenyawa dan bersatu menghasilkan sesuatu—mengubah sesuatu!
Bergerak, beranjak, merapat, melesat...Pada halaman kedua catatan sederhana yang sedang saya selesaikan ini, entakan musik dan cengkraman lirik dahsyat Tak Terkalahkan dari Bondan Prakoso & Fade2Black terus menggerakkan pikiran dan memompa adrenalin saya. Mengingat kiprah dan semangat teman-teman saya ini, harapan tiba-tiba muncul bagai cahaya benderang yang sedikit mengobati kekhawatiran saya: Selalu ada anak-anak muda yang bekerja keras untuk memperbaiki dan memajukan generasinya. Tujuh tahun sudah mereka berkarya dalam project BF2B. Ya, tepat tujuh tahun sejak 20 Agustus 2005. Saya bangga mengenal masing-masing mereka: Bondan, Tito, Eza, dan Arie. Anak-anak muda hebat yang penuh semangat terus berkarya dan memberikan sesuatu bagi generasinya. Saya berbahagia pernah bersama-sama mereka mengerjakan buku Hidup Berawal Dari Mimpi: Sebuah upaya menularkan virus optimisme agar anak-anak muda tak menjadi generasi yang lemah.
Angkat semangatmu kawan,
Kita dibarisan depan,
Satukan tekad.. kita tak terkalahkan!
Satukan langkah.. kita tak terkalahkan!
Jadi, apa sesungguhnya yang telah, sedang, dan akan saya kontribusikan bagi generasi saya? Mungkin saya harus kembali fokus dan optimis menjalankan hal-hal kecil yang saya lakukan. Saya percaya, sesederhna apapun efeknya bagi generasi saya, jika saya melakukannya secara konsisten dan kontinu, ia akan menemukan takdirnya sendiri yang mustahil sia-sia. Saya harus belajar pada para Rezpector, organisasi massa yang pertama kali dibentuk karena minat yang sama untuk mengapresiasi karya-karya Bondan Prakoso & Fade2Black, sejak terbentuk pertama kali pada 23 Agustus 2005, kini telah menjelma sebuah organisasi yang dihuni anak-anak muda hebat yang terus melakukan kebaikan-kebaikan bagi generasinya. Tujuh tahun tentu bukan waktu yang sebentar, tetapi saya percaya para Rezpector tak akan berhenti di angka keberuntungan ini...
Sebentar lagi saya akan menyelesaikan tulisan ini. Matahari sudah mulai tinggi, daun-daun bermandikan cahaya. Saya bersyukur bulan ini saya mendapatkan banyak pelajaran dari peristiwa-peristiwa yang saya alami: Semua yang membuat saya kembali meneguhkan cita-cita dan memantapkan langkah ikhtiar saya.
... Selamat ulang tahun untuk diri saya sendiri. Selamat ulang tahun untuk Bondan Prakoso & Fade2Black. Selamat ulang tahun untuk para Rezpector. Selamat ulang tahun untuk seluruh bangsa Indonesia. Semoga mata hati kita terus terbuka. Semoga kesadaran senantiasa bagai langkah-langkah rendah hati yang membumi. Semoga kesabaran selalu setia bercahaya bagai matahari. Dan semoga keberanian selalu menjadi cakrawala yang mengawal derap langkah seluruh perjuangan kita melaksanakan kata-kata. Menjadi apapun, sebagai siapapun, berkarya dalam bidang apapun: Semoga kita semua selalu menjadi generasi yang “tak terkalahkan”!
Kau yang di sanaYang berjiwa lemah
Mendekat padaku
Raih tanganku
Karena ‘ku di sini
Pantang menyerah
Bersatu kita kuat
Bersama kita hebat
... dan tak terkalahkan!
Jakarta, 23 Agustus 2012
FAHD DJIBRAN
bang, kalah pakar2 m0tivator di indonesia. . . Anda &BF2B m0tivator number 1 :D
ReplyDeletekoMent atas maho wjwjwjwjwj
ReplyDeleteSippp kang bwt tulisannya
Terima Kasih :) Allah Bless You
ReplyDeleteHBD mas fadh, HBD rezpector, God bless u all
ReplyDeleteDirgahayu Fahd Djibran, Dirgahayu BondanF2B, Dirgahayu Rezpector Se-Jagad Raya.
ReplyDeleteKalian adalah orang-orang yang memiliki pikiran terbuka.,
selamt ulang Tahun Mas FAHD...selamat berikhtiar,,,semmoga yang maha kuasa menjawabnya
ReplyDeletehbd buat om FADH :) semoga jadi yg terbaik dan lebih baik
ReplyDeletemeski sulit, tetaplah konsisten pada niatan awal..
ReplyDeleteSalut buat om fadh.. :D
SALAM REZPECT FOR ALL mY BROTHER N SISTER
ReplyDelete