Pagi ini saya dan Rizqa mendapat kado istimewa dari sahabat kami, Fiersa Besari. Pagi-pagi sekali ketika saya buka dinding Facebook saya, Fiersa menulis: “Untuk Bung Fahd Djibran dan istri tercinta, smoga suka ;)” diiringi sebuah tautan ke kanal Soundcloud miliknya. Saya segera membukanya, mendengarkannya, dan: Oh Tuhan, ini lagu indah yang sederhana tetapi luar biasa!
Terima kasih Bung Fiersa, kamu selalu mengagumkan! Saya sampai tak tahu lagi harus berkata apa. Dan pagi-pagi sekali, kamu telah berhasil membuat mata Rizqa berkaca-kaca mendengarkan lagumu! Seperti rencanamu, kami berdua tersenyum sepanjang mendengarkannya, dengan rasa hangat memenuhi dada.
Tentang lagu Fiersa yang indah itu, saya ingin kalian turut mendengarkannya. Judulnya Hidup ‘Kan Baik-baik Saja.
Cerita kita tak semanis dongeng
Atau bagai drama sinetron cengeng
Kau bukan artis, ku bukan pujangga
Namun kisah ini sangat berharga
Hingga rambutmu memutih
Hingga perutku membuncit
Hati ini tak kan pernah tua
Kita memang bukan pasangan sempurna
Bukankah Tuhan mengirimmu untuk melengkapiku
Aku tidak perlu punya segalanya
Selama kau ada di sini
Hidup kan baik-baik saja
Menikmati hujan sambil berdendang
Berpegang tangan saat senja datang
Senyumanmu membuat nyali ciut
Jangan bersedih, kau jelek jika cemberut
Kita memang bukan pasangan sempurna
Bukankah Tuhan mengirimmu untuk melengkapiku
Aku tidak perlu punya segalanya
Selama kau ada di sini
Hidup kan baik-baik saja
Hingga kulitmu keriput
Hingga ragaku tak lagi kuat
Hati ini tak kan pernah tua
Gara-gara Fiersa, tiba-tiba saya jadi teringat tulisan saya beberapa bulan lalu. Judulnya Pengakuan, silakan baca sambil mendengarkan lagu Fiersa (lagi) :)
Pengakuan
: Untuk Rizqa
Demikianlah, Sayangku, sejak jatuh ke dalam lubang-hitam cinta dalam matamu, sejak itu pula aku mengubah semua rencana dan cita-citaku—
Aku hampir tak peduli lagi pada hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaanku di masa depan, tentang apakah ia cukup bergengsi atau bisa menghasilkan banyak uang: Aku tak lagi membayangkan kesuksesan melulu tentang hal-hal yang demikian besar sekaligus mewah.
Barangkali aku ingin jadi musisi: Aku ingin menciptakan lagu-lagu yang tak akan pernah habis kau nyanyikan sepanjang hidupmu. Aku akan bahagia mendengarnya, Sayangku: Suara kecilmu menyanyikan lagu-laguku di dapur, di kamar, di ruang makan, di halaman belakang—sementara aku yang belum mandi memetik gitarku sambil tersenyum memandangmu menjemur pakaian, menyeduh kopi atau membersihkan lemari.
Demikianlah, Sayangku, sejak aku jatuh cinta pada caramu berjalan, atau caramu mengantuk, atau caramu menggigit bibir bagian bawahmu, juga rambut-rambut halus yang tak begitu rapi di belakang lehermu, sejak itu pula aku selalu ingin punya mesin perekam dalam retina mataku—
Aku ingin menyimpan semua gambar tentangmu: Saat di rumah, saat liburan dan jalan-jalan, atau saat anak pertama kita menikah dan anak kedua kita diwisuda. Aku akan memasang lagu-lagu favorit kita menjadi suara latar video-video kita. Dan untuk bagian-bagian yang tak ingin aku lupakan sepanjang hidupku: Aku ingin membuatnya dalam gerak lambat. Aku akan selalu berbahagia merekamnya, Sayangku: Terutama saat aku merekam videomu dari belakang, mengabadikan langkah-langkah kakimu yang jenjang memapah langkah-langkah kecil anak pertama kita yang sedang belajar berjalan.
Dan sejak aku jatuh cinta pada bagaimana caramu membaca, Sayangku, sejak itu pula aku belajar menulis—
Demikianlah aku mencintaimu dengan caraku yang sederhana: Sehingga ketika kau tersenyum setelah membaca kata-kataku, seketika akupun menjadi penulis paling berbahagia di dunia.
Ah, gara-gara semua ini, saya jadi ingin mengumpulkan catatan-catatan saya tentang perasaan agar bisa diarsipkan, syukur-syukur dibukukan. Kelak kalau sudah tua, atau kapanpun saat hubungan kami perlu diperbaiki, saya ingin membacanya bersama-sama Rizqa.
Kita memang bukan pasangan sempurna
Bukankah Tuhan mengirimmu untuk melengkapiku
Aku tidak perlu punya segalanya
Selama kau ada di sini
Hidup kan baik-baik saja
Salam baik,
Fahd & Rizqa
Baca juga: TIGA (Sebuah Catatan Sederhana).
Semoga اَللّهُ selalu menemani langkah keluarga mas ya..آَمِيّـٍـِـنْيَآرَبْآلٌعَآلَمِِيِنْ
ReplyDeletewow keren banget, cara mencintai dan menyayangi secara sederhana, sesederhana melihat yang ada disekitar mbak rizqa :D
ReplyDeleteSelamat yaa om udah 3 tahun mugo2 sampek selamanya, amien :D
Hmmm..... Keren, Fahd.
ReplyDeleteSalam Kenal,
Twitter: @ach_Faisal
Fb: Achmad Faisal
wow!!! lagi 'subur' banget abang ini di blog, memang kebahagiaan tak akan pernah habis untuk dirayakan, tak habis diungkapkan dengan jutaan rangkaian kata indah, seandainya semua menyadari kalau kita diciptakan untuk saling mengisi dan melengkapi pasti kebahagiaan akan menyertai setiap keluarga..sekali lagi selamat melanjutkan 'jalan bahagia' wahai keluarga bahagia.. :)
ReplyDeleteAaaaaaaa, bikin ngiri... Tp nggak mau juga cepet2. Loh?
ReplyDeletelagunya keren, sederhana tp ngena...
ReplyDeleteSelamat ya MAs, semoga bahagia dunia akhirat :))
sukaaa,
ReplyDeleteso romantic,
smoga barakah senantiasa ^^
gemeteran banget baca ini. pengeeeen :')
ReplyDeletesweet :D
ReplyDelete